Sabtu, 19 Juli 2014

Hal Terbaik yang Datangnya dari Allah


Dua kabar baik menghampiri saya:
  1. Diterima menjadi mahasiswa baru pascasarjana ITB prodi Elektro
  2. Diterima kerja sebagai Manager HR PT Indofood ICBP Indonesia

Dua-duanya diterima dalam waktu yang sama; pekan yang sama (pekan ke-2), bulan yang sama (bulan Juli), dan pada tahun yang sama (2014). Dan pada akhirnya saya terlibat dalam kebingungan. Kebingungan memilih diantara keduanya. Layaknya  sang pangeran yang akan memilih pasangannya. Memilih antara pasangan yang berilmu ataukah pasangan yang pekerja keras.

Sejak awal, sejak jauh-jauh hari sebelum lulus sebagai sarjana, saya sudah mencanangkan akan melanjutkan studi di luar negeri.  Satu hal di benak saya hanyalah Liverpool – England. Mungkin terlalu berlebihan memilih negara itu sebagai destinasi selanjutnya, karena sejatinya saya memilih negara itu hanya gara-gara saya adalah salah satu fans berat klub sepakbola Liverpool FC (I guaranted u know this J). Hahaha.. naif memang. Tapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Saya telah jatuh hati. Disetiap kesempatan saya selalu menuliskan kata ‘liverpool’. Apapun itu saya tetap menulisnya. Orangtua, Kakak, Adik, Om, Tante, bahkan teman-teman kuliah dan pondok sangat paham sekali bila saya sangat ingin sekali pergi kesana. Kata Liverpool tersebar luas di berbagai sudut di kamar saya, tembok, kalender, laptop, buku, hingga lemari. Well, it’s my way,,,

Lambat laun, akhirnya pikiran saya semakin terbuka. Saya sangat sadar sekali akan keterbatasan dan kemampuan. Bahasa inggris saya tak ada perubahan yang cukup signifikan. Ini yang saya sangat sesali.  Empat tahun kuliah seperti tak ada perubahan sama sekali L

Kemudian datanglah negara Jepang menyalami. Saya berkenalan dengan YUI, penyanyi solo perempuan dengan gitar akustik miliknya. Saya langsung jatuh hati kepada Jepang di saat petikan gitar pertama. Alunan musiknya begitu menggambarkan suasana kota Tokyo, suasana nuansa sekolah, masa-masa kuliah, dan masalah percintaan. Saya pun mulai menelusuri negara ini. Aduhai... sungguh elok nian negara ini. Andai aku bisa bersekolah disana. Negara yang cepat, bersih, santun, dan cerdas begitu cocok dengan kepribadian saya. Cocok banget! Sampai pada akhirnya kutambahkan tulisan disebelah kata liverpool dengan kata Jepang J Boleh, bukan?

Tibalah di penghujung tahun 2013. Ada tawaran student exchange ke Jepang. Hati saya berkata, “Cobalah, mungkin ini takdirmu!”. Saya pun memberanikan diri mendaftar dengan berlatar belakang almamater saya. Mendaftar tanpa persiapan matang. Ya! T.A.N.P.A! Lambat laun, proses seleksi berjalan. Hingga pada akhir bulan Januari saya dinobatkan menjadi salah satu kandidat yang berhak berangkat ke Jepang.  Syukur alhamdulillah, saya masuk kedalam seleksi akhir. Seleksi akhir adalah seleksi yang sangat mendebarkan, karena pada seleksi ini semua peserta akan di wawancara oleh professor. Saya pun menyiapkannya hingga matang. Dari mengumpulkan soal-soal yang sering diutarakan, profil Jepang, hingga saya pun diam-diam mentranslate jawaban persiapan saya untuk jaga-jaga bila nanti ditanya dengan menggunakan bahasa inggris, hehe..

Proses seleksi berjalan dan hasilnya pun keluar selang dua hari kemudian. Kalian pernah mendengar istilah “Jangan kalian kira yang baik menurut kalian itu baik menurut Allah, dan sebaliknya.”. Seperti istilah tersebut, mungkin ini yang terbaik dari Allah. Saya belum pantas menginjakkan kaki disana. Pasti ada hal yang lebih baik dari itu. Itulah jawaban hasil seleksi yang saya terima. Saya legowo dan saya bukannya loyo. Malahan tambah semangat, karena saya tahu dimana kelemahan saya J Ganbatte!

Dari pengalaman tersebut, saya mulai gencar mencari beasiswa kesana-kemari, ngemis kesana-kemari. Membuka facebook hanya untuk melihat notifikasi dari grup beasiswa, membuka twitter untuk mencari beasiswa. Setiap ada beasiswa yang menarik, saya bookmark lalu saya pelajari apa saja yang perlu dipersiapkan. Semuanya berbarengan dengan proses pengerjaan skripsi. Semakin saya mencari semakin saya ingin cepat lulus, hahaha..

Well, tepatnya bulan Maret 2014, saya pun mencoba beasiswa S2 ke Korea Selatan dan Turki. Untuk yang Turki, hanya lolos hingga tahap awal, hehe. Maklum, seperti yang Jepang, persiapan saya kurang, terutama bahasa inggris.

Namun, untuk yang Korea Selatan saya sangat bersungguh-sungguh. Dua beasiswa saya ajukan. Beasiswa pertama saya ajukan dan mendapat respon positif. Namun sayang, saat itu saya belum sidang. Well, kesempatan itu hilang begitu saja L Beasiswa yang kedua, saya mencoba melewati jalur professor. Alhamdulillah, juga mendapat tanggapan positif. Namun, saya terkendala dengan ijazah yang tak kunjung keluar. Padahal akhir maret proses seleksi mengharuskan ijazah sudah harus dikirim. Apa lacur, komplain saya kepada pihak universitas meminta ijazah untuk disegerakan seperti bertepuk sebelah tangan. Padahal dengan ijazah itu bisa dipastikan saat ini saya pasti sudah ada di negeri gingseng, karena professor disana siap mensponsori saya L Lagi-lagi, ini pasti rencana terbaik dari Allah. I know it!


Saya sempat putus asa. Tak tahu lagi harus kemana. Saat itu seperti tak ada jalan lain. Karena disaat yang bersamaan pada bulan April semua beasiswa sudah mulai ditutup. Duh!

:::: To Be Continue, yaa!::::
Read More

Dua Tahun Kedepan


"Bagaimana keadaan kita satu atau dua tahun kedepan?
Bisa jadi tetap bisa jadi berbeda.

Kadang kala kita tidak bisa mengiranya
Kadang pula kita tak menyadarinya

Walaupun demikian ini adalah hidup
Hidup yang telah digariskan oleh Sang Ilahi"

- Liveniping

Aku memutuskan untuk berbeda dua tahun kedepan. Prinsipku, tak boleh ada yang bisa memprediksi aku akan seperti apa. Yaahh semacam surprise, yang tiba-tiba orang akan terkejut dengan perubahanku. Terkesan pelit dan sombong memang. Namun, itulah aku. Aku adalah pria penuh kerahasiaan. Kalian pun bisa menjamin rahasia akan tetap terkunci dariku bila kalian ingin. Intinya, aku suka sekali menjaga rahasia. Serasa jiwa ini seperti intelejen negara.

Tahun ini, 2014, sudah kubulatkan tekat untuk mulai memupuk impian dua tahun kedepan. Aku harus ini, aku harus itu, dan kalian tak boleh tahu (tapi beberapa kuberi tahu). Aku yakin aku mampu, dan ku yakin pula kalian akan termangu. Sekali lagi maaf, bila tulisan ini seakan menunjukkan diriku ingin dipuja puji bak selebrita. Tapi bukan itu maksudku. Yang ku maksud adalah, "Aku saja bisa, apalagi kalian".

Itulah motivasiku. Memanas-manasi sampai panas. Sampai orang lain akan mencobanya. Lalu setelah mencobanya akan berkata, "Oh seperti ini rasanya."
Read More