Bismillah,,
Akhir-akhir ini saya sering kepikiran tentang nikah. Dan sepertinya nikah itu indah. Kemana-mana ada temennya. Pulang kerja ada yang nemenin. Ada yang bisa dikangenin. Ada yang bisa diajak ngomong klo pas di kamar. Ada yang bisa diajak bareng jalan-jalan kalo pas weekend. wew!
Pernah saat minggu kemarin, saat saya pergi ke rumah kakak perempuan saya yang baru saja menikah. Disana ia dan suaminya tinggal di sebuah rumah sederhana. Satu hal yang membuat saya terpesona. Meski tidak ada televisi (rata-rata setiap rumah punya tv, tp mereka sepakat untuk tidak mengisi rumahnya dengan tv), namun rumah itu terasa hidup. Saya merasakan sekali aura itu. Rumahnya dipenuhi 4 rak berasusun 3 tingkat dan disesaki oleh buku-buku yang tak hanya bagus, namun juga berbobot. Semakin betah tinggal disana.
"Enak ya kamu mbak sudah punya rumah" celetuk saya kepada kakak perempuan yang saat itu sedang masak di dapur.
"Jadi pengen punya rumah juga,"
"Ya enakan punya rumah yang ada istrinya dong" jawab dia sambil tersenyum puas men-skak adiknya..
#glek! bener juga ya ??.. mwehehe..
Sejak kakak perempuan saya menikah, orangtua memberikan tanda-tanda dan mendorong saya untuk segera nyusul. Dimulai dengan cara membuat list anak perempuan teman-teman orangtua saya. Mereka catet satu-satu siapa yang punya anak perempuan. Kemudian disaring satu-satu mana yang sekiranya cocok dengan saya. #Hadeeeeeehhh... hahaha..
Ada lagi, saya disuruh kenalan dengan teman-temannya suami kakak saya. Ditunjukkan dua nama, dan saya dipaksa untuk mencari info mereka berdua.. Mulai dari diberikan alamat blognya hingga alamat tempat kerjannya. OMG.. niat banget ortu saya, hehehe
Tapi, dari situ saya berpikir. Ortu sepertinya sudah sepenuhnya mendukung, hanya tinggak menunggu eksekusi dari saya. Awalnya saya niat nikah umur 25, ortu pun juga menyarankan demikian. Entah, sejak kakak saya menikah mereka berubah halauan. Mereka beranggapan bahwa status pekerjaan saya dengan penghasilan yang telah melebih penghasilan mereka berdua layak untuk menghidupi seorang istri. Well, ini yang saya sedikit pahami.
Ya.. ya.. ya.. Saya akui sebenarnya saya juga pengen nikah.. (Peace!! jangan berantem!). Dalem hati seringkali berkata, "Saya butuh seorang teman yang selalu bisa hadir disebelah saya."
Berpikir dan berpikir. Apakah saya sudah mantap untuk menikah? Saya hanya menjawab, "Aku harus memantaskan diri sendiri agar aku bisa mendapatkan istri yang ku inginkan." Right?
Well, temen-temen semua. Siapa saja yang berkesempatan membaca tulisan ini. Sudah saya putuskan matang-matang bahwasannya saya telah mantap untuk menikah tahun depan..
Sekali lagi,
"Saya Mantap Untuk Menikah Tahun Depan!"
Kapan? - InshaaAllah sebelum saya berulang tahun pada bulan Juli 2015
Sama siapa? - Allah hingga kini masih merahasiakannya.
Undang-undang ya? - Silahkan datang :)
Sudah punya calon? - Belum! :) Atau kamu mau jadi calonku?
Boleh daftar? - Yap! Silahkan! Kita boleh bertukar CV. Jika cocok, mudah-mudahan janji Allah itu datang.
Boleh tulisan ini disebar, di medsos mungkin? - Yap! Boleh sekali! Mudah-mudahan Allah membalas jasa baik kalian di surga nanti.
At least, mungkin agak geli ya bacanya? tapi saya serius kok :) Saya mau ta'arufan dan melamar. Mudah-mudahan salah satu dari kalian adalah belahan sayapku. InshaAllah... Do'akan saya ya!