Minggu, 21 September 2014

Merangkai Asa Melambungkan Impian

Akhir-akhir ini saya mulai berpikir untuk membuat suatu perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Saya berpikir, "kok kegiatan saya cuma gini-gini aja. Berangkat pagi, pulang malam, tidur, berangkat pagi, pulang malam, tidur, dst tanpa henti". Dan kegiatan tersebut sudah hampir saya lakukan selama 2 bulan.

Dalam hati berkata lain, "Saya tidak bisa seperti ini terus."

Lamunan saya seringkali kembali ke beberapa bulan yang lalu. Saat-saat masih dalam pengerjaan proses skripsi. Saat itu, masih ingat betul dalam alam pikiran, saya sangat bersemangat sekali mengejar beasiswa ke LN meski dalam proses pengerjaan skripsi. Maaf, bukan maksud saya untuk sombong, tapi saya sangat senang sekali bila mengingat masa-masa tersebut. Saya masih ingat letak-letak kertas tempelan bertebaran disana-sini. Ada yang di tembok, di meja belajar, laptop, sampai ranjang tidur pun tak ketinggalan. Kertas-kertas itu berisikan target, list, info, hingga motivasi untuk diri sendiri.

Saat itu sangat bersemangat sekali. Tiap kali ada tawaran beasiswa langsung saya bookmark, dan yang cocok langsung saya print dan saya isi. Saya masih ingat sekali pernah suatu ketika saya mengisi formulir yang menggunakan bahasa cina. Dengan bantuan translate akhirnya form itu terselesaikan.. meski pada akhirnya tak diterima.. haha.. itu saking inginnya kuliah di LN, sampe-sampe asal-asalan, asal tembak, hhehe

Gara-gara semangat itu pula saya harus rela belajar TOEFL hingga EPS-TOPIK sendirian. Ya! sendiri! Jujur, saya katakan, saya tidak punya uang bila harus mengikuti kursus. Jangankan kursus, untuk sekedar buku-buku untuk belajar TOEFL dan EPS-TOPIK saja masih pinjam, kan hemat!. 

Untuk TOEFL saya biasa pinjam ke perpustakaan kampus. Yang bagus saya pinjam lalu difotokopi dan saya pajang di kamar.. hehe.. ya enggak lah, pasti langsung saya pelajari. Terkadang pula bila batas peminjaman sudah full (maks boleh pinjam 5 buku) saya merelakan membagi waktu antara pengerjaan skripsi dan mempelajari TOEFL di perpustakaan kampus. Sambil mengunggu dosen datang, saya sempatkan belajar TOEFL di lorong fakultas. Biasanya sebelum berangkat sudah saya persiapkan materi listening di hape dan mencetak kunci jawaban di selembar kertas kecil. Jadi, sambil nunggu dosen, saya listening sendirian. Kata temen, saya asyik dengerin lagu sendirian, padahal kenyataannya belajar toefl, hehe..

Sedangkan untuk EPS-TOPIK ini yang awalnya agak berat. Agak berat karena harus memulai semuanya dari awal. Jujur saya katakan saya tak punya dasar bahasa korea sedikit pun. Saya pun mencari strategi agar mampu menguasai dasar-dasar bahasa korea secepat yang saya bisa. Salah satu strategi saya yaitu belajar seperti saat saya belajar iqro. Pertama-tama harus mengerti huruf hija'iyyah. Begitu juga dengan korea, saya akhirnya harus menguasai dahulu hangeul. Tak butuh waktu yang lama. Saya yang kala itu benar-benar niat langsung menyediakan waktu sendirian selama satu hari di dalam kamar. Pada akhirnya saya mampu hafal diluar kepala hangeul dalam tempo tidak lebih dari satu hari (kira-kira hanya 8 jam) berikut dengan cara menulisnya. Yap! Bila mengingat kembali hal tersebut, saya katakan bahwa diri saya mampu!

Hari-hari berikutnya pun terasa mudah. Saya mulai menghafal angka, seperti "Hana, dul, set, net" hingga kata kerja semisal, "chulbalhada, geunmuhada, dll (cari sendiri ya artinya.. hehe)". Dan dalam seminggu, eh nggak sampe kayaknya deh, saya sudah mampu menulis kalimat berikut dengan tenses-nya. Oh ya, saya setiap harinya (setelah menguasai hangeul) hanya menyediakan waktu 2-3 jam sehari. Beh, beh, beh... bisa kan? saya bisa, kalian pasti lebih bisa!

Dan untuk bahasa korea dasar ini saya cuma belajar dari internet. Download materi, print lalu terapkan! Kemudian, tak berhenti disitu saja. Saya pun melanjutkan ambisi saya agar mampu menguasai korea dasar. Saya pinjam buku-buku (dasar nggak modal!) dari temen yang kebetulan sudah di korea lalu fotokopi dan mencoba soal-soalnya.. praktis dan efisien! hehe

Saya ingat betul hasil yang saya dapatkan dari usaha sekeras itu. ITP saya yang awalnya hanya sekitar 450-470 paling tinggi langsung melesat menjadi 566, alhamdulillah. dan untuk yang bahasa korea yang berjuang mati-matian juga, akhirnya mendapat jawaban di bulan ketiga, saya direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah S2 oleh seorang professor disana (mengapa saya tak jadi kesana? cari di post2 sebelumnya ya?).

-------

Oke, itu hanya masa lalu dan ternyata saya mampu. Saya bisa! Saya cerdas! Saya diberi kelebihan! Saya sama sekali berbeda dari yang lain! Saya punya cara sendiri. << *ini motivasi untuk diri sendiri lho... cmiw

Bila mengingat kembali masa-masa itu, selalu ada motivasi yang muncul untuk segera melangkahkan kaki kembali di jalur kemenangan. Jalur yang harus kembali ditata agar kembali sempurna untuk mewujudkan cita-cita.
Read More

Rabu, 03 September 2014

To My Friend

Senang rasanya punya temen yang sekarang (baru saja) melanjutkan kuliahnya S3 di Jerman dengan beasiswa LPDP,,,
Dulu, ketika masih di pesantren saya pernah sekamar dengannya. Juga sekelas dari SMP sampe SMA.

Orangnya sih biasa aja. Maksudnya tidak menonjol banget. Salah satu buktinya, ia belum pernah berada diantara tiga besar peringkat kelas (klo nggak salah). Tapi untuk urusan hafalan, ia termasuk orang yang tercepat.

Pernah saat saya sekamar dengannya, saat kelas 7 semester II, balapan setoran hafalan qur'an. Saya dan 13 anak kamar lainnya, setiap hari harus setoran hafalan qur'an ba'da magrib dan ba'da subuh kepada wali kamar saya, namanya Hisyam.

Kamar kami, 104, ada tiga orang yang hafalannya sudah banyak, dan  saya termasuk dalam hitungan. Ia dan seorang lagi, adalah kompetitorku dalam urusan hafalan. Kami bertiga selalu paling banyak setoran. Saling kejar-kejaran. Tapi satu yang saya catat, teman saya yang satu ini sanggup menghafal 1 halaman dalam waktu 15 menit. joss! Kagum! Kadang kalo sudah begini, rasanya perjuangan kita berdua sia-sia. G bakal sanggup ngejar. Biasanya kami ngejarnya ya hafalan diluar jam setoran, misal waktu dzuhur atau ashar. Dengan begitu persaingan tetap seimbang.

Oh ya, diawal sudah saya katakan, bahwa ia orangnya biasa-biasa aja ketika pelajaran. Tapi saat menginjak bangku kelas 12, ia berubah total! Totality.

Ia yang memang berasal dari keluarga yang mampu, disupport oleh orangtunya dengan kumpulan buku-buku latihan. Bukunya sampe satu kardus. Menurut anak-anak pesantren, mengerjakan buku latihan satu kardus adalah hal yang luar biasa!

Hampir setiap kali tryout nilainya selalu yang tertinggi. Semenjak itu saya secara pribadi kagum padanya. Kagum dengan perjuangannya. Kagum dengan semangatnya. Dan saat saya bertanya padanya kemana ia akan berlabuh selanjutnya, ia menjawab "Gw mau masuk Teknik Elektro ITB!!", jawabnya dengan tatapan optimis.

Dan ternyata kekaguman saya tak salah. Mimpinya akhirnya diijabah! Ia diterima masuk Elektro ITB. Subhanallah!!

Tak sampai situ saja, setelah lulus ia langsung melanjutkan program fast track yang hanya ada di kampus-kampus besar, hingga lulus S2. Sehingga total S1-S2 ia habiskan hanya 5 tahun. Begh!

Pada akhirnya, awal juni kemarin saya sempat bertanya padanya, kemanakah ia akan berlabuh. Ia menjawab, "Alhamdulillah us, gw udah diterima di Eindhoven, Belanda. Tinggal cari dana nya aja."

Well, Allah memutuskan hal yang lain. Saat ini ia sudah berada di Jerman. Tak seberapa jauh dari Belanda hanya selangkah bila lihat di peta. Mudah-mudahan ilmumu bermanfaat kawan! Terus berjuang! Jaga sholatmu, jaga akhlakmu! :)



To: Muhammad Abduh
for: Open letter from your past friend
Read More