Sebenarnya peringatan hari ibu diseluruh dunia tidak berbarengan perayaannya. Di Eropa dan Timur Tengah hari ibu diperingati setiap Maret. Sedangkan di AS, Australia, Kanada, Belanda, Belanda, Malaysia, dan Hongkong, hari ibu diperingati setiap hari Minggu kedua bulan Mei. Di Indonesia sendiri, peringatan hari ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember. Berikut ini lebih detail daftar tanggal perayaan-perayaan Hari Ibu atau Mother's Day diseluruh dunia >> Source
Ada beberapa perbedaan asal muasal dari hari ibu.
Yang pertama di negara para dewa, Yunani. Sejarah hari ibu dikenal sebagai perayaan musim bunga sebagai bentuk tanda penghormatan terhadap Dewi Rhea, Istri Dewa Kronus.
Bagaimana dengan AS? Awal mula hari ibu di negara itu bermula pada tanggal 1870 ketika seorang ibu yang juga seorang aktivis sosial, Julia Ward Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan perang saudara di Amerika yang saat itu belum berserikat. Saat itu ia menulis puisi "The Battle Hymn of The Republic". Sejak saat itu puisi tersebut dijadikan lagu patriotik yang cukup populer di kalangan warga Amerika. Tahukah Anda bahwasannya didalam bait-bait tersebut terdapat ungkapan 'Hallelujah'?
Sedangkan di Indonesia sendiri, sejarah hari ibu diawali dari sebuah kongres perempuan yang dikenal Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada tanggal 22-25 Desember 1928. Kongres tersebut membahas tentang penyatuan pikiran dan semangat berjuang menuju kemerdekaan dan juga upaya perbaikan nasib kaum buruh perempuan. Sepuluh tahun kemudian, Kongres Perempuan Indonesia III menetapkan tanggal 22 Desember sebagai perayaan hari ibu. Hingga pada akhirnya Presiden Soekarno pada tahun 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden No. 316 yang menyatakan bahwa tanggal 22 Desember adalah hari ibu dan dimasukkan kedalam kalender nasional hingga saat ini. Misinya untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia.
________________________________________________________________________________
Lantas bagaimana pandangan Hari Ibu dalam ISLAM?
Islam, tanpa mengenal hari tertentu, mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.
“Seandainya kita diberi kemampuan membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa Ibu seumur hidup kita”, Sabda Rasulullah SAW.
Untuk itu, Islam begitu mengistimewakan seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui di dalam Al Qur'an, hadits, dan kisah-kisah teladan.
Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (Q.S Al-Isrã’ [17]: 23-24).
Menurut fatwa ulama Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin Rahimahullah "Sesungguhnya setiap hari raya yang menyelisihi hari raya syar’i adalah bid’ah semuanya, tidak dikenal dimasa salafus sholih. Bahkan bisa jadi, hari raya itu berasal dari non muslim yang di dalamnya terdapat kebid’ahan dan tasyabuh (menyerupai) musuh-musuh Allah SWT."
Hari raya syar’I yang dikenal umat Islam adalah; Idul Fithri, Adul Adhah dan Ied dalam sepekan yaitu hari Jum’at. Di dalam Islam tidak ada hari raya kecuali hanya tiga, semua perayaan yang ada selain yang tiga ini adalah tertolak dan bathil menurut syari’at Allah SWT berdasarkan sabda Rasulullah SAW: ”Barangsiapa yang mengadakan perkara-perkara yang baru dalam urusanku ini (Islam) yang tidak bersumber darinya, maka amalan tersebut akan tertolak”.
Bila hal itu dijelaskan, maka perayaan hari ibu sebenarnya tidak diperbolehkan. Tidak boleh mengadakan simbol-simbol perayaan seperti mengagungkan, kegembiraan, kebahagiaan, penyerahan hadiah dan lain sebagainya. Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan hendaknya membatasi diri dengan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang telah diridloi Allah Ta’ala untuk hamba-Nya, tidak ditambah maupun dikurangi.
Seorang muslim seharusnya tidak ikut-ikutan, Tetapi haruslah membentuk kepribadiannya sesuai dengan ketentuan syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah adalah sempurna dilihat dari sisi manapun, sebagimana firman Allah:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridloi Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3).