Weekend kemarin saya memutuskan untuk ikut dengan teman saya (sebut saja nama aslinya, 'Fian') ke rumahnya yang berada di desa, atau lebih tepatnya di Kec. Sumbermanjing, Kab. Malang. Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin kerumahnya, akan tetapi waktu yang menghalangi kita untuk dapat pergi bersama.. eciiiehhh!! haha.. tenang bos, tenang! teman saya laki kok :-)
Dan setelah waktu berlalu hingga satu semester lewat datang bulan, eh salah maksud saya lewat beberapa bulan, akhirnya minggu kemarin bertepatan sehari setelah gunung Kelud meletus, akhirnya saya bisa tiba di rumahnya yang sederhana namun bersahaja.
Teman saya ini orangnya sangat baik, murah senyum, suka bercanda, suka menghibur, dan tak ketinggalan pula suka kopi seperti saya. Pertama kali kenal dengannya saya langsung jatuh hati (hei! jangan macem2 pikirannya ya!) dengannya, maksudnya saya langsung ambil keputusan, "Oh! orang ini cocok untuk dijadikan lawan bicara."
Awalnya saya kira watak teman saya ini natural saja, maksudnya ya karena tercipta dari lingkungan bermain atau sekolahnya. Namun, setelah saya tiba dirumahnya saya langsung ubah halauan pemikirian saya secepatnya. Mengapa? Ternyata watak dan pembawaan sifat teman saya ini nurun (diturunkan) dari kedua orang tuanya.
Dari gaya bicara, cara memalingkan wajah, cara tertawa, cara tersenyum, cara melengos, cara bercanda, semuanya sama persis!!!!! Kok bisa????
Logatnya dan tata bahasa, cara tersenyum, pembawaan ceria, pembawaan tersenyum semuanya diturunkan oleh ibunya. Sedangkan suara, cara menggoda, cara tertawa, cara merokok, cara duduk semuanya diturunkan oleh bapaknya.
Saya malah berpikir. Inilah hasil didikan orangtua. Semua tingkah laku, ucapan, tindakan, pikiran, perlakuan orangtua terhadap anaknya secara tidak langsung atau tidak didasari akan menular kepada anaknya. Mungkin saya juga demikian, namun saya yang tidak sadar, sama seperti teman saya yang tidak sadar bahwa ia telah mewarisi segala sesuatu dari orangtunya, bahkan sampai cara merokok pun sama. Piuh! mudah-mudahan saya hanya mewarisi sifat baik-baik saja dari orangtua saya.
Sebenarnya masih banyak cerita yang ingin saya sampaikan dari perjalanan kemarin. Mungkin bisa 3-4 halaman jika diteruskan. Namun, sepertinya satu pelajaran penting itu lebih baik daripada banyak pelajaran namun tak sampai. Jadi saya putuskan saya ambil pelajaran yang ini saja.
Meski hanya satu malam, saya banyak belajar saat tinggal disana. Banyak hal baru yang dapat mengilhami diri saya agar terus dapat berbenah, berubah menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Terima kasih keluarga Fian! Suatu saat nanti aku akan kembali kesana, janji!
0 komentar:
Posting Komentar