Malam itu, Fikar, seorang pemuda berusia 20-an
sedang asik dengan gadget miliknya. Ia bermain gadget sambil tiduran diatas
lantai. Hal itu sering ia lakukan bila baru tiba di kontrakannya. Hari ini ia baru
saja pulang dari kampus setelah menuntaskan mata kuliah terakhir di hari itu.
"ting!"
gadget miliknya berbunyi, tanda notifikasi
"Asiikk..
dapet banyak like!!! " gumamnya dalam hati setelah melihat postingan
yang baru ia kirim.
Berkali-kali gadget miliknya meneriakkan bunyi "ting!". Semakin banyak suara
yang keluar, semakin giranglah hatinya. Entah mengapa... Memang anak muda zaman sekarang lebih mudah merasa senang saat ada notifikasi masuk ketimbang
bercengkrama dengan teman. Lebih senang tinggal di dunia maya ketimbang dunia
nyata.
Dari sekian banyak notifikasi yang Fikar dapat, ada
satu akun yang membuatnya penasaran. Benar-benar membuatnya penasaran!
Ia penasaran karena biasanya disaat postingannya
mendarat, disaat itulah para likers mendaratkan
jempolnya di postingan yang baru ia daratkan. Tapi kali ini beda! Ada satu akun
yang mendaratkan jempolnya tidak hanya di postingan baru miliknya, namun di
beberapa postingan lawas, malahan bisa dibilang super lawas.
Kejadian ini baru pertama kali ia dapati. Akun tersebut berulang kali mendaratkan jempol dalam waktu bersamaan atau mungkin
hanya selisih beberapa menit. Biasanya hal ini wajar, dan si pemilik akun
posting akan mengira, "Ah, ini pasti
ulah stalker!"
Tapi bagi Fikar beda. Ia sama sekali tak berpikiran
likers tersebut ada stalker. Yang ada dibenaknya;
"Ini
siapa???" tanya Fikar penasaran dalam hati.
Setiap notifikasi yang muncul, akan terlihat preview
gambar profil pemilik akun. Dari deretan-deretan notifikasi itu Fikar hanya
fokus pada satu akun. Preview gambar profil pemilik akun juga menambah
kegusaran hati Fikar. Katanya dalam hati, “Cantik!”
Dari situ mulailah Fikar menelusur akun tersebut. Putaran-putaran
buffer membuatnya tambah gregetan ingin segera mengetahui siapakah pemilik akun
tersebut. Ia merasa putaran buffer seakan berputar sudah lebih dari satu jam!, padahal 10 detik juga belum lewat. “Ah, lama sekali!” ketusnya dalam hati.
Akun tersebut blank alias putih tak berwarna. Tak ada
apa-apa kecuali gambar profil yang tak bisa diperbesar dan sebuah tombol follow. Tak
pikir panjang otaknya langsung memberikan instruksi ke syaraf-syaraf yang
langsung membuat bertekuk lutut otot jari jempul yang kemudian menekan tombol ‘follow’.
Dari situ kisah ini dimulai!
*****
Tulisan ini hanyalah fiktif belaka dan akan menjadi cerita yang bersambung. Untuk melihat sambungan ceritanya, silahkan teman-teman masuk ke label "Sudah Saatnya!"
0 komentar:
Posting Komentar