Ih, tega banget sih kamu, nyakitin hatikyu..
Kamu gitu banget sih sama akyu..
#hueee' <~
Pernah kah mendengar perkataan seperti diatas? Bagaimana perasaan kalian apabila lagi asik-asiknya belajar, kemudian salah seorang teman kalian datang secara tiba-tiba sambil telpon2an memamerkan kemesraan dan keluar perkataan seperti itu. Aiihh rasanya kalo denger kalimat seperti itu ingin sekali ambil tong sampah sambil huek-huek terus lempar tuh tong sampah ke arah mukanya.. byar.. ceplak.. ceplak..
Sudah menjadi fenomena umum dikalangan remaja (bahkan anak-anak pun sekarang mulai ikut-ikutan). Entah, saya sendiri tidak habis pikir mereka bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Padahal belum nikah tapi lagaknya sudah main mesrah-mesrah.. ahh~
----------
Sering kali kita disibukkan dengan yang namanya 'perasaan'. Ketika kita dipermainkan orang, yang ada perasaan kesal. Kita ditipu orang, yang ada perasaan pengen nendang tuh orang. Kita diingkari kawan, yang ada perasaan ingin melawan. Ya... pada akhirnya setiap tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang kita impikan pasti akan berakhir masalah perasaan. Itulah manusia..
Namun pernah kah terbersit dalam pikiran kita bagaimana 'Perasaan Allah' ketika diingkari oleh umatnya? ketika diacuhkan, ketika tidak dipedulikan, ketika dijauhkan, ketika diabaikan, ketika diduakan, dll?
Allah yang telah menciptakan seluruh alam semesta, langit dan bumi yang diantaranya terdapat tanda-tanda kekuasan-Nya hanya ingin semuanya tunduk dan berserah diri pada-Nya. Semua makhluk yang ada tunduk kepada Allah SWT, kecuali beberapa dari golongan manusia dan jin.
Allah adalah pemilik dan pemberi cinta, yang dalam cinta-Nya pun ada emosi dan romantisme yang selalu mengikutinya, seperti cemburu, ingin dipuji, memberi dan memaafkan. Hal tersebut dipaparkan oleh Rasulullah saw saat mengomentari kecemburuan Sa’ad bin Ubadah seperti yang dituturkan oleh Al Mughirah :
“Sa’ad bin Ubadah berkata, “Jika aku melihat ada seorang laki – laki berada bersama istriku, maka aku pukul dia dengan bagian pedang yang tajam.” Maka perkataannya ini disampaikan kepada Rasulullah saw, hingga Rasulullah saw menjawab, “Apakah kalian merasa heran dengan rasa cemburu Sa’ad? Demi Allah, aku memiliki rasa cemburu yang lebih besar darinya. Allah memiliki rasa cemburu yang lebih besar dariku. Akibat rasa cemburu-Nya tersebut, Dia haramkan berbagai perkara yang keji, baik yang terang – terangan, maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan rasa suka Allah terhadap permohonan maaf. Oleh karena itu, Dia utus orang yang membawa kabar yang menggembirakan dan yang membawa peringatan. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian dibandingkan Allah. Oleh karena itu, Allah menjanjikan surga.” (HR Bukhari)Rasa cinta Allah merupakan rasa cinta yang sebenar-benarnya cinta. Cinta yang tak kenal pamrih. Cinta yang selalu memberikan apa yang hamba-hambanya inginkan. Bahkan kesetiaan dan pengkhianatan hamba-hamba-Nya tidak akan mengurangi keagungan-Nya. Keseluruhan cinta milik Allah adalah untuk kebahagiaan hamba-hamba-Nya
Allah cemburu pada hamba-Nya yang senang melakukan perbuatan keji, berpaling, menuruti hawa nafsu. Bukan karena Allah itu takut atau merasa rugi tidak dicintai oleh hamba-Nya, akan tetapi agar hamba yang dicintai-Nya tersebut tidak terpisah dari Kerahman dan Kerahiman Nya kemudian terjerumus ke dalam jurang kehancuran yang menyengsarakan kehidupan dunia akhirat.
Kita yang dihidupkan di dunia bukanlah semata-mata untuk hidup saja, namun kita diwajibkan untuk menjalani ajaran yang telah diberikan oleh Allah SWT. Apabila ada hambaNya yang tidak tunduk, angkuh, sombong, melalaikan ajaran-Nya dan berbuat maksiat, tentu saja Allah merasa tersakiti karenanya. Sudah banyak bukti di Al Qur'an bagaimana perasaan Allah ketika umatnya lalai dan tidak tunduk dalam menjalankan ajarannya. Allah benar-benar sangat murka kepada umatnya yang mempermainkan perasaan-Nya.
Bisa saja Allah langsung menimpakan azab terhadap hambanya yang telah mempermainkan perasaan-Nya. Namun, Allah SWT merupakan zat yang Maha Penyabar dan selalu sayang terhadap hamba-hamba-Nya. Ia masih setia menunggu kita untuk memohon ampun pada-Nya.
Apabila saat ini kita mengaku mencintai Allah, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga perasaan Allah. Jika tidak, maka berhati-hatilah, karena Allah juga bisa memutuskan hubungan. :)
0 komentar:
Posting Komentar