Kamis, 09 Juni 2016

4. Saran Sebelum Memberikan Saran

Adakah disini yang pernah atau sering memberikan saran atau nasihat? Entah itu kepada saudaranya, teman-temannya, atau juga orang-orang yang berada disekelilingnya. Pernah?

Saya punya cerita, ada seorang mahasiswa. Siang itu, selepas jam kuliah usai, ia buru-buru menuju tempat parkir sepeda motor. Ia memiliki jadwal mengajar private dan jarak tempat ia mengajar dari kampusnya kurang lebih 15 menit perjalanan normal.

Sekeluarnya dari kampus, ia langsung menggeber motor bebek miliknya jauh ke arah timur. Menerjang panasnya siang dan ramainya jalanan karena berbarengan dengan anak sekolahan pulang. Ia tak peduli akan keringat yang mulai keluar dari kening dan punggungnya. Yang ia tahu hanyalah, ia harus memastikan dirinya tiba di lokasi tepat waktu. Maklum, jam kuliah tadi agak sedikit melebar dari jam yang seharusnya. Kini hanya tersisa waktu 10 menit untuk tiba ke lokasi.

Di tengah perjalanan, ia merasa janggal terhadap sesuatu yang berada di depannya. Seorang bapak paruh baya sedang mengendarai sepeda motor. Sekilas tampak normal atau biasa, namun  apabila diteliti, ada yang janggal dengan sepeda motor itu. Standar (di tempat saya disebut ‘jagrak’) sepeda motor itu belum diangkat. Tentu hal ini sangat membahayakan penggunanya.

Lantas sang mahasiswa tersebut berinisiatif untuk memberi tahu. Ia merasa berkewajiban untuk menginformasikan bahwasannya ada yang tidak aman dari sepeda motor bapak paruh baya tersebut. Kemudian mahasiswa itu mulai meningkatkan gas-nya. Mencoba mendekat ke arah sebelah kanan bapak tersebut.

“Bapak, standarnyaa.. standar!!” sapa mahasiswa itu sambil mencoba tersenyum nan tegas.

“Oh iya mas.. suwun! (makasih!)” balas bapak itu sambil mengangkat tuas standar.

Mahasiswa tersebut melihat bapak itu tersenyum, ia terlihat senang ada yang mengingatkannya terkait standar yang belum diangkat. Mahasiswa itu juga lega, ia merasa ada satu kebaikan yang telah ia berikan kepada orang lain.

Tak sampai 2 meter mahasiswa itu melebihi  bapak paruh baya itu, ia melihat dari arah spion-nya. Bapak itu balik mencoba mendekati dirinya. Dalam hatinya Ia keheranan, “Ada apa gerangan? Mengapa bapak itu meningkatkan volume gas motor miliknya?”

Ia mulai menebak-nebak, “Ada apa ya? Apa karena saya ganteng? (wkwkwkwk) Apa bapak itu mau memberi saya imbalan uang karena sudah diingatkan? (wah ini lumayan) Ataukah bapak itu ingin menawarkan anak perempuan milikinya untuk dinikahi oleh dirinya? (oh my God.. ini kejauhan, hehe)”

Mahasiswa itu mulai was-was, ia merasa ada yang tak beres dengan dirinya. Semakin ia menggeber motor miliknya, semakin digeber pula motor milik bapak tersebut. Kemudian arena jalanan mulai menjadi seperti sirkuit moto gp bagi dua orang tersebut. Brrrrrr...

Tak lama mahasiswa tersebut menyadari ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang tampak di lain pulau tapi tak tampak pelupuk mata sendiri.

 “Ah, aku tahu, ternyata standar milikku juga belum diangkat -____-‘” fiuuhh...

Ada perasaan malu sekaligus geli terhadap dirinya. Ternyata bapak itu mengejarnya karena standar miliknya juga belum diangkat (OMG), bukan karena yang lain. Lepas ia mengangkat standar tersebut, diliriknya spion. Ia melihat bapak itu mulai mengurangi gas miliknya dan mengangkat jempol tanda bahwa apa yang ia maksud sudah benar. Aduuuhh... malunya hati mahasiswa itu. Maksud hati menasehati orang lain, tapi diri sendiri lupa bahwa ia juga melakukan kesalahan yang sama.

---
Yap! Apa pelajaran yang dapat kita petik dari kisah diatas? Seringkali dari masing-masing manusia sangat suka apabila menasehati teman ataupun saudaranya. Ada hal yang menggebu-gebu dalam diri untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap orang lain. Mengatakan bahwa yang ini salah yang ini benar. Tapi lupa terhadap dirinya.

Jangan lupa bahwa nasehat itu ibarat cermin. Selain untuk orang lain, nasihat itu juga berlaku untuk diri sendiri. Selalu pastikan bahwa diri kita menjadi yang pertama dinasehati sebelum menasehati.
Nggak mau kan kejadian kayak cerita diatas. Setelah menasehati, eh ternyata diri kita melakukan hal yang sama seperti orang kita dinasehati.. ahhh malunya.. 

Semangat!


****

Tulisan ini adalah bagian dari rangkaian #30DaysWriting Ramadhan 1437H dengan tema "SELFIE - Let's Look Into Yourself!" Setiap harinya, tulisan-tulisan dengan tema ini akan dimuat di liveniping.com. Tulisan lain dengan tema yang sama dapat dibaca di novieocktavia.tumblr.com dan www.iqbalhariadi.com. Selamat membaca!

0 komentar:

Posting Komentar