Kamis, 25 Desember 2014

Gigi Empat

Ia mengemudikan terlalu cepat.
Tak kenal gigi satu, dua, ataupun tiga.
Langsung tancap gas gigi empat dalam 7 detik.

Jika langsung gigi empat, kau pun tahu awalnya berat.
Makannya ia atur nada dalam 7 detik.
Harapnya irama tarikan berimbang dengan kecepatan yang diinginkan.

Namun, selepas 7 detik kemudian.
Hasil yang diinginkan tak optimal.
Motor menolak dengan caranya.
Motor itu berbisik dengan caranya.
"Terlalu dini untuk melaju."

Ia pun sadar.
Terlalu cepat untuk gigi empat.
Ia kendurkan kembali.
Tiga, dua, satu hingga netral kembali.
Pelan secara perlahan.

Sekarang ia berhenti.
Mengatur strategi.
Bagaimana caranya agar bisa melaju.
Mulai dari gigi satu.
Dilanjut gigi dua.
Gigi tiga.
Hingga pada saat gigi empat,
ia dan motornya siap diajak melaju kencang
Menuju tempat impian.

Read More

Sabtu, 29 November 2014

Lega~

Dan ketika semua harus beradu dengan yang namanya nostalgia,
Akan ada rasa pasta nano-nano yang menggelantung di atas kepala.
Termenung dan tersenyum.

---
Semuanya berawal dari nostalgia.
Setelah rasa lama teruraikan dalam sebait kata.
Kata yang menurutku terlalu bodoh, terlalu memalukan saat diutarakan.
Pagi datang dan memberi komentar,
lalu berlanjut kepada obrolan singkat namun mempunyai tujuan.

Diawali tanya kabar
Ditengahi dengan kejujuran
Disudahi dengan rasa tenang.
Lega rasanya.
---
Read More

Selasa, 25 November 2014

Ehm! Saya Siap Menikah Tahun 2015 dan Mencari Seorang Istri



Bismillah,,

Akhir-akhir ini saya sering kepikiran tentang nikah. Dan sepertinya nikah itu indah. Kemana-mana ada temennya. Pulang kerja ada yang nemenin. Ada yang bisa dikangenin. Ada yang bisa diajak ngomong klo pas di kamar. Ada yang bisa diajak bareng jalan-jalan kalo pas weekend. wew!

Pernah saat minggu kemarin, saat saya pergi ke rumah kakak perempuan saya yang baru saja menikah. Disana ia dan suaminya tinggal di sebuah rumah sederhana. Satu hal yang membuat saya terpesona. Meski tidak ada televisi (rata-rata setiap rumah punya tv, tp mereka sepakat untuk tidak mengisi rumahnya dengan tv), namun rumah itu terasa hidup. Saya merasakan sekali aura itu. Rumahnya dipenuhi 4 rak berasusun 3 tingkat dan disesaki oleh buku-buku yang tak hanya bagus, namun juga berbobot. Semakin betah tinggal disana.

"Enak ya kamu mbak sudah punya rumah" celetuk saya kepada kakak perempuan yang saat itu sedang masak di dapur.

"Jadi pengen punya rumah juga,"

"Ya enakan punya rumah yang ada istrinya dong" jawab dia sambil tersenyum puas men-skak adiknya..

#glek! bener juga ya ??.. mwehehe..

Sejak kakak perempuan saya menikah, orangtua memberikan tanda-tanda dan mendorong saya untuk segera nyusul. Dimulai dengan cara membuat list anak perempuan teman-teman orangtua saya. Mereka catet satu-satu siapa yang punya anak perempuan. Kemudian disaring satu-satu mana yang sekiranya cocok dengan saya. #Hadeeeeeehhh... hahaha..

Ada lagi, saya disuruh kenalan dengan teman-temannya suami kakak saya. Ditunjukkan dua nama, dan saya dipaksa untuk mencari info mereka berdua.. Mulai dari diberikan alamat blognya hingga alamat tempat kerjannya. OMG.. niat banget ortu saya, hehehe

Tapi, dari situ saya berpikir. Ortu sepertinya sudah sepenuhnya mendukung, hanya tinggak menunggu eksekusi dari saya. Awalnya saya niat nikah umur 25, ortu pun juga menyarankan demikian. Entah, sejak kakak saya menikah mereka berubah halauan. Mereka beranggapan bahwa status pekerjaan saya dengan penghasilan yang telah melebih penghasilan mereka berdua layak untuk menghidupi seorang istri. Well, ini yang saya sedikit pahami.

Ya.. ya.. ya.. Saya akui sebenarnya saya juga pengen nikah.. (Peace!! jangan berantem!). Dalem hati seringkali berkata, "Saya butuh seorang teman yang selalu bisa hadir disebelah saya."

Berpikir dan berpikir. Apakah saya sudah mantap untuk menikah? Saya hanya menjawab, "Aku harus memantaskan diri sendiri agar aku bisa mendapatkan istri yang ku inginkan." Right?

Well, temen-temen semua. Siapa saja yang berkesempatan membaca tulisan ini. Sudah saya putuskan matang-matang bahwasannya saya telah mantap untuk menikah tahun depan..

Sekali lagi, "Saya Mantap Untuk Menikah Tahun Depan!"

Kapan? - InshaaAllah sebelum saya berulang tahun pada bulan Juli 2015

Sama siapa? - Allah hingga kini masih merahasiakannya.

Undang-undang ya? - Silahkan datang :)

Sudah punya calon? - Belum! :) Atau kamu mau jadi calonku?

Boleh daftar? - Yap! Silahkan! Kita boleh bertukar CV. Jika cocok, mudah-mudahan janji Allah itu datang.

Boleh tulisan ini disebar, di medsos mungkin? - Yap! Boleh sekali! Mudah-mudahan Allah membalas jasa baik kalian di surga nanti.

At least, mungkin agak geli ya bacanya? tapi saya serius kok :) Saya mau ta'arufan dan melamar. Mudah-mudahan salah satu dari kalian adalah belahan sayapku. InshaAllah... Do'akan saya ya!
Read More

Minggu, 23 November 2014

Tak Penting!

Yap.. yap.. yap..
Ketikanku mulai merayap merangkai kata-kata di atas keyboard nan usang.

Well, saya/aku/gue ternyata lebih suka bercerita hal pribadi. Nggak tau kenapa. Enak aja, nulis bisa ngalir kayak aliran iler pas lagi tidur nyenyak (wkwkwkw)..

Baru baca postnya +nursih dwi hastuti dan tahu nggak pemirsa, dia ternyata sudah menduakan blognya selama tiga bulan! wahahaha... (*info ini bukan gosip, tapi realita selebritis.. cmiiiuw!)

Udah ah, gue/aku juga sudah lama nggak nulis. Wait.. wait.. wait.. maksud saya bukan nggak nulis sama sekali, akan tetapi nggak pernah sempet ngepost di blog yang paling gue cinte ini. Saya sudah memiliki beberapa tulisan yang sampe sekarang belum release. Tulisannya bagus-bagus! Berbobot! Boleh coba ditimbang di kios sebelah.. hehe

Saya suka curi-curi waktu buat nulis. Jujur, nggak sempet banget (kadang nggak sempet sama nggak nyempatin itu beda dikit ya guys). At least, gue harus berangkat awal. Biasanya saya sudah sampe setengah jam lebih awal di ruangan. Habis itu buru-buru nyiapin lepi and buat coffee :)

Lalu mulai mikir mau nulis apa. Kadang gue takut gaya tulisan gue kayak cewe, yang bersarkase centil nan comel. Kadang juga takut dikira lebay atau mungkin gaya gue yang kekanak-kanakan. Ya wajar, penulis amatiran emang begitu kegalauannnya.. so nikmatin aja! mwehehe..

Nah, satu kekurangan gue. Eh, sebentar. Sebenernya bukan kekurangan sih, akan tetapi keunikan. Gue ngerasa nggak pede kalo lagi nulis dan ada orang disekeliling gue. Otak gue seakan terhenti tak mendapat pasokan oksigen. Mata merespon otak bahwa orang disekeliling gue memperhatikan tulisan gue. Padahal sih orang itu sebenernya nggak baca apa yang gue tulis. Bahkan kadang saking takutnya dibaca, gue  sampe ngecilin font ukuran 8 .. super sekali!

Udah itu aja... hehehehehehe

Semacam curhat, tapi biarin aja. Anjing menggonggong, ya gue lari.. mwehehehe..
Mau baca blognya Widiana wulansari... Baru nemu pas lagi ubek-ubek google. Ssstt.. dia punya kismis di dagunya.. mwihihihi.. see ya!
Read More

Senin, 06 Oktober 2014

If I Have Own Room - Part 1

If I've own room, I need a tin of red color. I will paint part of my wall with red color interval with white color that use to make a line or some arouse words. I thought  a red color can explain how big my ambition. The red symbolize braveness, courage, powers. It seems suitable with my personality that have many ambitions, dreams, and will always bring it into reality.

I always imagine that my rooms will have a red color on the part of wall. When I open the door, I will see that color with having arouse words. So, every I open the door I will recalled with those words. There are many words on my mind. Sometimes, I'll take "You must go there!!" continued by the name of countries I should stay, like liverpool, makkah, japan, korea, also turkey. Or I will joined that color with white color that used to draw a world map. So ambitious! I can selfie every time I want... :) I can signing the country I should go and marked the country I ever arrived with a photos!

If I've own room, I will buy some board, painted with white color, then make them lying on my wall and used to take some book above it. Absolutely, I love reading a book. I always buy a book theme with true story, like an adventure, full of struggle and sacrifice. Or maybe I ever collecting a motivation books, but I don't really love it. Only read and felt better then yesterday and has been motivated. But, it always hold out only a day or three days. After that, u know what I mean.... yeah! hehe..

I ever seen on youtube about "How to install book shelve on the wall". The first time I watched it I said "Amazing!! It so easy! I can install only 10 minutes" but later when I would to try it by myself "Oh my GOD, It makes me hard to thinking!". It is dare to me!

Hooaamm...!! I think so tired today.. see next post ya!


Read More

Minggu, 21 September 2014

Merangkai Asa Melambungkan Impian

Akhir-akhir ini saya mulai berpikir untuk membuat suatu perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Saya berpikir, "kok kegiatan saya cuma gini-gini aja. Berangkat pagi, pulang malam, tidur, berangkat pagi, pulang malam, tidur, dst tanpa henti". Dan kegiatan tersebut sudah hampir saya lakukan selama 2 bulan.

Dalam hati berkata lain, "Saya tidak bisa seperti ini terus."

Lamunan saya seringkali kembali ke beberapa bulan yang lalu. Saat-saat masih dalam pengerjaan proses skripsi. Saat itu, masih ingat betul dalam alam pikiran, saya sangat bersemangat sekali mengejar beasiswa ke LN meski dalam proses pengerjaan skripsi. Maaf, bukan maksud saya untuk sombong, tapi saya sangat senang sekali bila mengingat masa-masa tersebut. Saya masih ingat letak-letak kertas tempelan bertebaran disana-sini. Ada yang di tembok, di meja belajar, laptop, sampai ranjang tidur pun tak ketinggalan. Kertas-kertas itu berisikan target, list, info, hingga motivasi untuk diri sendiri.

Saat itu sangat bersemangat sekali. Tiap kali ada tawaran beasiswa langsung saya bookmark, dan yang cocok langsung saya print dan saya isi. Saya masih ingat sekali pernah suatu ketika saya mengisi formulir yang menggunakan bahasa cina. Dengan bantuan translate akhirnya form itu terselesaikan.. meski pada akhirnya tak diterima.. haha.. itu saking inginnya kuliah di LN, sampe-sampe asal-asalan, asal tembak, hhehe

Gara-gara semangat itu pula saya harus rela belajar TOEFL hingga EPS-TOPIK sendirian. Ya! sendiri! Jujur, saya katakan, saya tidak punya uang bila harus mengikuti kursus. Jangankan kursus, untuk sekedar buku-buku untuk belajar TOEFL dan EPS-TOPIK saja masih pinjam, kan hemat!. 

Untuk TOEFL saya biasa pinjam ke perpustakaan kampus. Yang bagus saya pinjam lalu difotokopi dan saya pajang di kamar.. hehe.. ya enggak lah, pasti langsung saya pelajari. Terkadang pula bila batas peminjaman sudah full (maks boleh pinjam 5 buku) saya merelakan membagi waktu antara pengerjaan skripsi dan mempelajari TOEFL di perpustakaan kampus. Sambil mengunggu dosen datang, saya sempatkan belajar TOEFL di lorong fakultas. Biasanya sebelum berangkat sudah saya persiapkan materi listening di hape dan mencetak kunci jawaban di selembar kertas kecil. Jadi, sambil nunggu dosen, saya listening sendirian. Kata temen, saya asyik dengerin lagu sendirian, padahal kenyataannya belajar toefl, hehe..

Sedangkan untuk EPS-TOPIK ini yang awalnya agak berat. Agak berat karena harus memulai semuanya dari awal. Jujur saya katakan saya tak punya dasar bahasa korea sedikit pun. Saya pun mencari strategi agar mampu menguasai dasar-dasar bahasa korea secepat yang saya bisa. Salah satu strategi saya yaitu belajar seperti saat saya belajar iqro. Pertama-tama harus mengerti huruf hija'iyyah. Begitu juga dengan korea, saya akhirnya harus menguasai dahulu hangeul. Tak butuh waktu yang lama. Saya yang kala itu benar-benar niat langsung menyediakan waktu sendirian selama satu hari di dalam kamar. Pada akhirnya saya mampu hafal diluar kepala hangeul dalam tempo tidak lebih dari satu hari (kira-kira hanya 8 jam) berikut dengan cara menulisnya. Yap! Bila mengingat kembali hal tersebut, saya katakan bahwa diri saya mampu!

Hari-hari berikutnya pun terasa mudah. Saya mulai menghafal angka, seperti "Hana, dul, set, net" hingga kata kerja semisal, "chulbalhada, geunmuhada, dll (cari sendiri ya artinya.. hehe)". Dan dalam seminggu, eh nggak sampe kayaknya deh, saya sudah mampu menulis kalimat berikut dengan tenses-nya. Oh ya, saya setiap harinya (setelah menguasai hangeul) hanya menyediakan waktu 2-3 jam sehari. Beh, beh, beh... bisa kan? saya bisa, kalian pasti lebih bisa!

Dan untuk bahasa korea dasar ini saya cuma belajar dari internet. Download materi, print lalu terapkan! Kemudian, tak berhenti disitu saja. Saya pun melanjutkan ambisi saya agar mampu menguasai korea dasar. Saya pinjam buku-buku (dasar nggak modal!) dari temen yang kebetulan sudah di korea lalu fotokopi dan mencoba soal-soalnya.. praktis dan efisien! hehe

Saya ingat betul hasil yang saya dapatkan dari usaha sekeras itu. ITP saya yang awalnya hanya sekitar 450-470 paling tinggi langsung melesat menjadi 566, alhamdulillah. dan untuk yang bahasa korea yang berjuang mati-matian juga, akhirnya mendapat jawaban di bulan ketiga, saya direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah S2 oleh seorang professor disana (mengapa saya tak jadi kesana? cari di post2 sebelumnya ya?).

-------

Oke, itu hanya masa lalu dan ternyata saya mampu. Saya bisa! Saya cerdas! Saya diberi kelebihan! Saya sama sekali berbeda dari yang lain! Saya punya cara sendiri. << *ini motivasi untuk diri sendiri lho... cmiw

Bila mengingat kembali masa-masa itu, selalu ada motivasi yang muncul untuk segera melangkahkan kaki kembali di jalur kemenangan. Jalur yang harus kembali ditata agar kembali sempurna untuk mewujudkan cita-cita.
Read More

Rabu, 03 September 2014

To My Friend

Senang rasanya punya temen yang sekarang (baru saja) melanjutkan kuliahnya S3 di Jerman dengan beasiswa LPDP,,,
Dulu, ketika masih di pesantren saya pernah sekamar dengannya. Juga sekelas dari SMP sampe SMA.

Orangnya sih biasa aja. Maksudnya tidak menonjol banget. Salah satu buktinya, ia belum pernah berada diantara tiga besar peringkat kelas (klo nggak salah). Tapi untuk urusan hafalan, ia termasuk orang yang tercepat.

Pernah saat saya sekamar dengannya, saat kelas 7 semester II, balapan setoran hafalan qur'an. Saya dan 13 anak kamar lainnya, setiap hari harus setoran hafalan qur'an ba'da magrib dan ba'da subuh kepada wali kamar saya, namanya Hisyam.

Kamar kami, 104, ada tiga orang yang hafalannya sudah banyak, dan  saya termasuk dalam hitungan. Ia dan seorang lagi, adalah kompetitorku dalam urusan hafalan. Kami bertiga selalu paling banyak setoran. Saling kejar-kejaran. Tapi satu yang saya catat, teman saya yang satu ini sanggup menghafal 1 halaman dalam waktu 15 menit. joss! Kagum! Kadang kalo sudah begini, rasanya perjuangan kita berdua sia-sia. G bakal sanggup ngejar. Biasanya kami ngejarnya ya hafalan diluar jam setoran, misal waktu dzuhur atau ashar. Dengan begitu persaingan tetap seimbang.

Oh ya, diawal sudah saya katakan, bahwa ia orangnya biasa-biasa aja ketika pelajaran. Tapi saat menginjak bangku kelas 12, ia berubah total! Totality.

Ia yang memang berasal dari keluarga yang mampu, disupport oleh orangtunya dengan kumpulan buku-buku latihan. Bukunya sampe satu kardus. Menurut anak-anak pesantren, mengerjakan buku latihan satu kardus adalah hal yang luar biasa!

Hampir setiap kali tryout nilainya selalu yang tertinggi. Semenjak itu saya secara pribadi kagum padanya. Kagum dengan perjuangannya. Kagum dengan semangatnya. Dan saat saya bertanya padanya kemana ia akan berlabuh selanjutnya, ia menjawab "Gw mau masuk Teknik Elektro ITB!!", jawabnya dengan tatapan optimis.

Dan ternyata kekaguman saya tak salah. Mimpinya akhirnya diijabah! Ia diterima masuk Elektro ITB. Subhanallah!!

Tak sampai situ saja, setelah lulus ia langsung melanjutkan program fast track yang hanya ada di kampus-kampus besar, hingga lulus S2. Sehingga total S1-S2 ia habiskan hanya 5 tahun. Begh!

Pada akhirnya, awal juni kemarin saya sempat bertanya padanya, kemanakah ia akan berlabuh. Ia menjawab, "Alhamdulillah us, gw udah diterima di Eindhoven, Belanda. Tinggal cari dana nya aja."

Well, Allah memutuskan hal yang lain. Saat ini ia sudah berada di Jerman. Tak seberapa jauh dari Belanda hanya selangkah bila lihat di peta. Mudah-mudahan ilmumu bermanfaat kawan! Terus berjuang! Jaga sholatmu, jaga akhlakmu! :)



To: Muhammad Abduh
for: Open letter from your past friend
Read More

Rabu, 27 Agustus 2014

Jangan Remehkan Struktur Kelas!

Pernahkah kalian memikirkan untuk apa sih dulu kita rajin membuat struktur organisasi? Kenapa setiap ganti semester atau ganti tahun ajaran baru di hari pertama pasti kita membuat sebuah struktur. Entah itu struktur kelas ataukah struktur organisasi intra ataupun ekstra.

Dulunya saya berpikir, “Buat apa sih bikin bikin kayak gini? Toh nggak ngaruh cuma jadi pajangan aja.” Beneran lho! Jangan salah, saya paling males ngebuat yang kayak beginian. Rasanya, Cuma ngabisin waktu. Saya malah mikir, “Alaaaaahh.. asal tunjuk aja terus tulis, beres!”. Sesimpel itu loh!

Kali ini pola pikir itu semacam menghantam balik pada diri saya. Seakan-akan saya kena karma karena sempat meremehkan masalah membuat struktur.

Kali ini saya diminta untuk me-maintenance struktur perusahaan tempat saya bernaung. Jangan kalian bayangkan struktur yang saya pegang hanya segede upil yang sering saya acuhkan. Yang saya (dan tim) garap adalah struktur yang panjangnya sepanjang Anyer-Panarukan (Pernah ngukur? Sama saya juga belum, hehe). Yang biasanya saya buat struktur cuma 1 menit selesai, kali ini satu minggu tidak cukup. Yang biasanya membuat struktur yang berlaku paling lama 1 semester, saya membuat struktur tahun ini, prediksi setengah tahun kedepan, dan struktur setahun kedepan.  Super!!

Ini contoh screenshoot-nya (jangan lupa, panjangnya dikalikan 10)


 Haha, bisa bacanya? Itu sudah saya zoom-out hingga tidak bisa diperkecil lagi... haha

 Dan yang kotak-kotak itu isinya nama orang, jabatan, pendidikan, tanggal mulai kerja. Jumlahnya hingga hampir 3000 orang. Luar biasa! Haha.. keder keder dah! Kami pernah mengerjakannya pada hari sabtu & minggu, dari pagi sampai malam, dan belum selesai,,, hebat!!! Haha

Ya, sekarang buat temen-temen yang masih sekolah ataupun masih rajin ikut organisasi, jangan kalian remehkan urusan membuat struktur. Bisa-bisa kalian seperti saya. Bingung tak terkendali. Rajin-rajinlah berlatih membuat struktur. Kalo perlu buatlah perencanaan struktur kelas kalian hingga lulus.. itu klo perlu.. hehehe

Oke deh, saya mau bobo dulu.. bye!


Read More

Selasa, 26 Agustus 2014

Aku Bahagia!


Hari-hari kuhabiskan waktu hanya di kantor saja. Tak ada yang berubah hingga sekarang. Berangkat jam 7 (masuk jam 8) dan pulang diatas jam 8 atau 9 malam. Dan entah mengapa yang saya rasakan sekarang adalah saya betah untuk berlama-lama di kantor.

Oke, tak bisa dipungkiri lagi, meski kadang saya suka mengeluh karena sering pulang malam. Tapi dalam hati yang terdalam ternyata saya bahagia disini. Padahal pekerjaan saya disini menghitung dan mengalkulasi data setiap harinya yang jumlahnya mencapai puluhan ribu data. 

Mungkin jika kalian bayangkan itu adalah pekerjaan yang berat. Iya sih, awalnya saya katakan berat. Namun setelah belajar setahap demi setahap, saya merasakan pekerjaan itu mudah, meski membutuhkan waktu berjam-jam di depan komputer. Well, saya sekarang mulai percaya bahwa tak ada pekerjaan yang berat. Berat hanya terjadi bila kita belum pernah mencobanya atau tak tahu tekniknya. Serius deh!

Saya bahagia? Atau bisa jadi ini hanya efek sementara karena  terlalu sering berada di kantor? Bertemu dengan orang-orang baru. Karakter yang berbeda-beda. Umur yang berbeda. Tua muda berpadu. Hal yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya.

Tak pernah sekalipun sebelumnya saya pernah berkolaborasi atau berada satu tim dengan para senior yang umurnya terlampau 15-20 tahun dalam menuntaskan pekerjaan besar. Di kampus dulu pun saya (jujur) jarang aktif dengan para dosen. Malas. Saya lebih suka aktif di luar kampus. Andai kalian tanya kepada para dosen almamater saya mungkin tak ada yang kenal saya, bahkan (mungkin) dosen pembimbing saya juga sudah lupa. Hehe.

Disini, saya banyak sekali belajar memahami karakter masing-masing orang. Ada yang periang, ada yang pendiam, ada yang suka usil, ada yang baik, ada yang humoris, ada juga yang homo-ris. Ada yang g pernah senyum sama saya (hehe.. ada lho!), sampai ada yang suka cerita-cerita jorok (apapun yang diceritakan seringkali berakhir dengan kata jorok, dan itu dianggap biasa.).

Saya sendiri telah banyak belajar sebelumnya ketika masih di pesma firdaus malang (duh! rindunya). Ridwan, salah satu teman terbaik saya di pesma berpesan kepada saya “Us, kamu nanti diluar sana harus sudah siap. Harus memahami karakter orang. Tidak bisa memaksakan sesuai kehendakmu sendiri.” Yap! Saya akan mengikuti alur namun tak mau sampai masuk ke dalam lumpur. Saya tetap harus bisa membatasi diri. Mana kadar maks dan mana kadar min.

Atau bisa jadi saya bahagia karena teman saya hanya ada di kantor saja. Di tempat singgah saya, teman saya hanya keluarga om saya. Tetangga depan, samping, belum ada yang kenal. Gimana mau kenal? Saya masuk pagi pulang malam, senin-minggu nonstop. Wajar bila saya lebih betah di kantor. Saya rela-relain dateng pagi-pagi sekali, satu jam sebelum jam kantor masuk saya sudah ada stay di meja. Dengan datang pagi, saya punya waktu menulis yang lebih lama sambil menikmati secangkir kopi nikmat di sebelah saya. Ya, suasana pagi yang hening memang sangat cocok untuk menulis.

Oke, kesimpulannya sampai saat ini saya bahagia tinggal di kantor karena beberapa hal yang saya sukai. Lalu, bagimana dengan kamu?

Read More

Sabtu, 23 Agustus 2014

Menuntut Ilmu Adalah Kebutuhan


Akhirnya saya menyadari ternyata menuntut ilmu itu adalah suatu kebutuhan bukan sekedar kewajiban.

Butuh dan wajib adalah dua kata yang berbeda. Butuh bisa diartikan lahir dari keinginan diri sendiri, semisal saya butuh nasi untuk makan. Sedangkan wajib adalah suatu perintah yang harus dilakukan, tak peduli orang itu butuh atau tidak yang penting hanya bertujuan menggugurkan kewajiban tersebut. Salah satu contohnya, shalat. Ada yang sekedar menggugurkan ada juga yang memang karena butuh berinteraksi dengan Allah. Sehingga masing-masing niatannya tersebut berdampak dengan apa akan ia tuai kedepannya nanti.

Balik lagi ke topik. Mungkin bisa dibilang telat. Karena saya baru menyadarinya ketika baru selesai kuliah. Namun saya beruntung bisa mengetahuinya secara dini. Maksudnya, belum terlalu tua.. mwehehe.. secara gitu saya masih 20an, hehe

Saya menyadarinya di saat saya telah mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang banyak menyita waktu. Saking menyitanya, saya seakan sudah tak peduli lagi lemburan. Saya sekan sudah tidak peduli lagi hari libur digadaikan untuk sebuah pekerjaan. Saya seakan sudah tidak peduli lagi bila mandi hanya sehari sekali. Saya seakan sudah tak peduli lagi dengan makan yang kadang hanya sekali. Saya seakan tidak peduli lagi dengan informasi berita-berita terkini. Bahkan klub idola saya, Liverpool FC, sudah sering saya duakan. Dan yang terakhir saya seakan tidak butuh rumah untuk kembali, karena hidup saya sebagian besar habis di kantor. Rumah hanya tempat istirahat malam dan mandi pagi. Intinya benar-benar menyita waktu.

Awal-awal sebelum hari pertama masuk kerja, saya sudah memiliki niatan untuk mengikuti kursus bahasa. Saya mengira bakal bisa menyempatkan waktu untuk menggali potensi diri dengan mengikuti kursus, karena memang jam kerja saya hanya dari jam 8 hingga 5 sore.

Disini banyak sekali lembaga kursus yang menyediakan kelas untuk para karyawan. Biasanya jam 7 hingga jam 10 malam. Dengan melihat jam pulang, saya bisa memprediksi seharusnya saya bisa mengikuti kursus tersebut. Namun, realita yang saya jalani berbeda jauh dengan prediksi awal.

Rata-rata jam pulang saya adalah jam 8 malam keatas. Bahkan sudah sering pulang diatas jam 9 malam yang artinya saya berada di kantor selama 13 jam. Setengah hari saya habiskan waktu saya di kantor. Luar biasa!

Saat ini tinggal saya yang harus mencari celah agar keinginan ini dapat tersalurkan.  Untuk apa uang banyak namun tak manfaat? Untuk apa bekerja habis-habisan namun keilmuan tidak berkembang? Untuk apa? Untuk apa? Untuk apa?

Dari situlah saya menyadari betul bahwa ternyata saya masih kangen dengan bangku belajar. Saya rindu suasana belajar. Saya ingin diajari. Saya ingin memiliki teman-teman belajar lagi.  Dan saat ini saya benar-benar butuh belajar bahasa untuk mendongkrak efektivitas keilmuan saya bila suatu saat nanti diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup di ‘luar’ sana.



*Saya pernah kehabisan motivasi, namun saya masih menyimpan ‘tujuan’ tesebut. Itulah yang membuat saya tetap hidup*
Read More

Tak Perlu Takut untuk Bekerja

Week-3

Bekerja bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Akan tetapi bekerja adalah sesuatu yang perlu kita hadapi. Terutama untuk para cowok beken, semisal saya.. mwehehe

Bisa dikatakan saya cukup beruntung bisa mendapatkan pekerjaan disaat yang tepat. Maksudnya, dua bulan setelah wisuda saya sudah diterima kerja tanpa usaha yang begitu keras. Jujur, saya tidak pernah mempersiapkan test yang berkaitan dengan pekerjaan sama sekali. Baik itu test wawancara, psikotest, komputer, leadership, dll. Yang saya lakukan adalah mengirim sebanyak-banyaknya lamaran... haha.. Ga' percaya? nih liat screenshootnya..


Pekerjaan yang saya lamar pun sembarangan. Saya yang lulusan IT melamar berbagai macam profesi, mulai dari programmer, admin, helpdesk, hingga profesi sales. Mungkin terlihat miris di mata kalian. Kok bisa-bisanya saya sembarangan dalam memilih pekerjaan. Mengapa tidak melamar pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu yang telah saya dapat? Kan sayang?

Namun, itulah saya. Saya adalah orang yang paling mengerti batas kemampuan diri sendiri. Saya mengenali sekali kekurangan saya, dan saya juga mengerti kelebihan saya. Saya berprinsip, saya akan banyak belajar di lingkungan kerja nanti dan harapannya ilmu saya bisa bermanfaat.

Dan ternyata benar! Meski jenis pekerjaannya terlihat agak melenceng dari jurusan saya, namun disini saya merasa mendapatkan ilmu yang banyak sekali yang belum pernah saya dapatkan di kursi kuliah. Dan tak dinanya lagi ilmu saya sedikit banyak ternyata bermanfaat di lingkungan pekerjaan saya.

Di tempat saya bekerja saya memahami betul alur data komunikasi client server yang tak semua orang di kantor saya mengerti. Begitu juga tentang desain-desain. Saya yang punya hobi membuat desain dikala senggang akhirnya dimanfaatkan kantor untuk membuat desain kaos untuk seluruh karyawan perusahaan.

Tak perlu takut. Ketakutan hanya berasal disaat kita belum mencobanya. Setelah mencoba, maka ketakutan itu sedikit demi sedikit akan hilang, bahkan tak berbekas. percaya deh!

Oh ya lupa, ada satu lagi yang sering saya lakukan, yaitu berdoa. Yap! Do'a adalah sumber segala kekuatan. Salah satu do'a yang sering saya panjatkan ialah minta diberikan kemudahan dan kelancaran rezeki. Intinya do'a itu harus selaras juga dengan ibadah wajib kita. Klo cuma berdo'a tapi yang wajib keteteran dan dinomor duakan, mungkin sekarang saya masih luntang lantung di rumah.

Yuk, ayuk.. semuanya akan berbuah manis kok. Hukum kekekalan energi mengatakan, semakin banyak berbuat baik maka kemudian hari akan menuai kelipatan buah baik. Begitu juga sebaliknya. Mungkin dengan persiapan doa itulah hingga akhirnya saat ini saya bisa mendapatkan pekerjaan. Bagaimana? Berani mencobanya?

***Ssttt... minggu ini gajian pertama saya lho X3 dan saya nggak tahu mau dibuat apa..
Read More

Jumat, 15 Agustus 2014

Pekerjaan Compensation & Benefit


Masih sekitar kehidupan kerja saya. Awal-awal saya sudah katakan bahwa posisi saya saat ini ada di bagian comben atau singkatan dari ‘Compensation and Benefit’. Jujur saya katakan bahwa saya tidak tahu menahu sama sekali dengan bagian comben. Saya baru mengenal nama tersebut ketika awal masuk kerja. Manajer saya bilang, “Kamu nanti di bagian comben”. Dan satu hal yang dijelaskan pada saya hanyalah comben itu mengurusi payroll karyawan.

Awalnya sih oke-oke saja. Saya nurut. Saya pikir, “Oohh.. Cuma ngurus urusan gaji, keciiiiill!” Ternyata, setelah seminggu saya jalani, saya berpikir balik, “Sebesar inikah beban dan tanggung jawabnya??”

Bagi teman-teman yang saat ini menjadi teman BBM saya, mungkin sering melihat status saya yang sering saya update di menit-menit menjelang pulang, semisal “Horeee! Pulang!”, “Rekor malam ini. TELADAN!”, dsb. Bukan bermaksud saya pamer atau bagaimana. Saya menulis status tersebut dikarenakan saya benar-benar senang bila bisa pulang lebih awal. Seminggu lebih saya jalani, baru satu kali saya pulang di jam-jam pulang, 17.00. Selebihnya diatas jam 8. Bahkan, semalam saya baru pulang jam 22.30. LUAR BIASA! Dan menurut pengalaman rekan setim saya mengatakan bahwa itu masih terlalu pagi untuk pulang karena biasanya hingga 2 hari 2 malam harus tinggal di kantor. LUAR BIASA!

Saya merasa beban kerja di perusahaan terlalu berlebihan. Eit! Jangan bepikiran saya tidak mencintai pekerjaan saya. Saya bahagia kok kerja, karena hal tersebut adalah kewajiban bagi seorang laki-laki. Namun, saya berusaha memerikan pandangan secara gamblang kepada teman-teman semua. Di perusahaan yang saya tinggali sekarang ada sekitar 2900-an karyawan dan kesemuanya perlu mendapatkan gaji. Siapa yang mengurus gaji mereka? Yap, itulah bagian saya.

Perlu teman-teman sadari, bahwa 2900 itu bukanlah jumlah yang sedikit. Mungkin ini terlalu subjektif. Bagi departemen kami, jumlah itu merupakan jumlah yang luar biasa. Kami berlima harus mengurus gaji mereka, mulai dari gaji pokok, lemburan, cuti, izin sakit, hingga insentive. Harian, mingguan, dan bulanan, kami harus membuat report data izin, cuti, dan lemburan untuk disampaikan kepada manager. Semua data yang masuk nantinya akan dikalkulasikan agar dapat menghasilkan nilai upah yang wajib dibayarkan tiap-tiap karyawan sebanyak 2900-an tersebut.

Well, intinya saya akan coba jalani pekerjaan ini sejauh saya mampu. Toh, saya merasa masih perlu banyak belajar. Mungkin juga saya belum mahir dalam menunaikan tugas-tugas yang telah diberikan. Mungkin juga pekerjaan saya ini agak sedikit menyimpang dari jurusan yang dulu pernah saya ambil. Pekerjaan ini sepertinya lebih cocok diberikan kepada akuntan atau perkantoran. Pokoknya setiap awal bangun pagi hal yang pertama saya lakukan adalah tersenyum dan berdo’a agar selalu diberikan kekuatan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang besar. Salam..


*ditulis kemarin pagi dan baru bisa posting hari ini :(
Read More

Jumat, 08 Agustus 2014

Kehidupan Abnormal Kantor


Jangan kalian bayangin kehidupan di kantor itu normal-normal aja. Terkadang atau bahkan mungkin kalian akan sering menemukan kehidupan yang abnormal.

Kalian pernah liat orang mijit kan? Yaaahh.. paling tidak ayah kalian dipijit sama ibu kalian. Nah, di kantor juga ada yang kayak gitu. Mijit sih normal, yang abnormal itu kadang mijitnya sampe kelewatan. Orang yang biasanya mijit hanya sebatas punggung, nah ini yang berlebihan.

Di kantor gue, kemarin, mijitnya bukan sampe punggung lagi tapi sampe *maaf* pantat. Kamfreeeett.. disamping gue lagi pijit2nya -_-. Udah gitu sambil ketawa-ketawa lagi. Ni orang udah g waras kali ya??

Mungkin lo juga bakal ketemu orang yang suka ngomong jorok. Bagi gue yang dari dulu tinggal di lingkungan pesantren hal tersebut adalah hal tabu yang tak layak jadi konsumsi umum. Lagi-lagi kemarin, ada seorang ibu datang ke ruangan gue. Ibu itu memang suka becanda. Kali itu ia ngomong ke orang ke ruangan gue yang kebetulan lagi banyak makanan (maklum abis lebaran).

“Eh, pak advice, sekali-kali kek bawa buah.”

“Masa’ tiap dateng bawanya yang gini-gini doang”

Dalem ati gue, “Set dah, ni ibu nggak bersyukur bgt -___-”

Terus gw timpalin aja tuh, “Lah, emang ibu bawa apaan?”

Ibu itu jawab, “Gue?? gue bawa *maaf* buah dada laaahhh~..”  Sambil nyengir-nyengir dan temen seruangan langsung pada ketawa ngekel. Gue ketawa juga sih, tapi dalem ati heran ‘kok bisa gue sekantor sama orang yang kayak gini’

Pernah juga suatu ketika ada yang masuk ke ruangan gue sambil cerita yang vulgar-vulgar. Kata-kata alat vital dibawa kemana-mana. Kayak g’ ada aturan banget pokokknya. Kantor bagaikan tak kenal batasan antara laki dan perempuan.

Kadang ada yang masuk, terus becandaan, tapi becandaannya sambil meluk-meluk perempuan, oh meeeeeeennn.. pantes aja banyak kasus selingkuh. Hal kayak gini ini yang menurut gue abnormal. Apalagi temen sekantor gue rata-rata udah berkeluarga semua. Ampun gueee...

Tapi g semuanya kayak gitu juga, guys! Ada juga temen yang sepikiran dan tak sepiktor yang lain. Enak diajak ngobrol, mau diajak solat bareng, nggak melakukan hal2 abnormal kayak contoh diatas. Nah, yang kayak gini yang perlu kita dekati. Apalagi kalo yang kayak gitu lawan jenis kita, maka sangat perlu didekati, sapa tau jodoh.. loh? Loh? Loh? HaHaHa..


See u next my story !
Read More

Kamis, 07 Agustus 2014

Kejanggalan Tempat Kerja Gue


Hi, gue sekarang ini ada divisi Comben. Apa ada yang tau Comben itu tugasnya apa?? Oh ya, gue belum jelasin comben itu singkatan dari apa. Comben itu singkatan dari Compensation and Benefit. Secara garis besar, divisi comben bertugas di bagian payroll.

Oke, gue cuma mau cerita singkat apa yang gue alamin di tempat gue kerja sekarang. Gue baru masuk 3 hari dan gue rasa, gue udah mengalami hal-hal yang sebelumnya belum pernah kepikiran.

Hari pertama, gue ketemu temen satu ruangan gue, sebut aja namanya mas advice. Gue ngobrol ngalur-ngidul ama dia, pokoknya yang berkaitan dengan pekerjaan. Entah mengapa gue merasa ada yang janggal.
Masih hari pertama, gue juga ketemu dengan mas castle. Menurut gue, dia orangnya verbalis. Pandai mengolah kata-kata sehingga gue klo ngomong ama dia seakan-akan dia terlihat orang yang paling pintar di kantor ini. Gue seneng klo ngobrol ama dia, gue pikir, gue bakalan ketularan pinternya. Well, sama seperti mas advice, bila mengobrol dengan mas castle gue merasa ada yang bener-bener janggal. Suerr!

Orang ketiga yang gue temui di hari ketiga, yaitu seorang bapak yang berprofesi di bagian security. Gue g mau nyebutin orangnya siapa, tapi disini bakalan gue kasih nama pak safe. Ia orang pertama yang bercerita banyak tentang kondisi kerja disini. Bahkan ia dengan terang-terangan cerita ke gue awal mula ia kerja hingga posisinya yang sekarang. Dan sama seperti dua orang diatas, pak safe ini juga menceritakan hal yang sama, yaitu kejanggalan.

Hari ketiga, gue ketemu sama mbak cantik. Suer, dia orang yang paling cantik di kantor ini. Kenapa? Soalnya dia cewe yang paling muda di kantor gue. Hehe.. Ya iyalah paling cantik. Oh iya, bila dihitung dengan jari, di kantor gue orang yang berumur dibawah 30 tahun Cuma ada empat, gue, mas advice, mas caslte, dan mbak cantik yang akan gue sebut mbak beauty. Dia semalam juga cerita hal yang sama seperti ketiga orang diatas, suatu kejanggalan.

Gue jadi bertanya-tanya sendiri. Ini sebenernya ada apa sih? Ada apa dengan kantor baru gue? Ada apa? Kalo gue tanya kayak gitu, keempatnya akan kompak menjawab, “Ntar lu bakalan tau sendiri.” Tau apa? Apa yang harus gue tahu? Gue harus cari tau dimana? Apa cerita janggal yang mereka ceritakan sama seperti firasat gue sebelum masuk ke kantor ini, ataukah ini hanya dugaan yang tak memiliki bukti? Entahlah,.. Tapi gue rasa gue harus segera tau. Gue penasaran....


*Selanjutnya gue bakalan cerita 'kejanggalan' yang dimaksud itu apa. soalnya gue juga belum ngerasain sendiri. Gue tandai post kayak gini pake label "Daily Work".
**Sorry, lama g update. Di tempat baru gue miskin layanan data T.T
Read More

Sabtu, 19 Juli 2014

Hal Terbaik yang Datangnya dari Allah


Dua kabar baik menghampiri saya:
  1. Diterima menjadi mahasiswa baru pascasarjana ITB prodi Elektro
  2. Diterima kerja sebagai Manager HR PT Indofood ICBP Indonesia

Dua-duanya diterima dalam waktu yang sama; pekan yang sama (pekan ke-2), bulan yang sama (bulan Juli), dan pada tahun yang sama (2014). Dan pada akhirnya saya terlibat dalam kebingungan. Kebingungan memilih diantara keduanya. Layaknya  sang pangeran yang akan memilih pasangannya. Memilih antara pasangan yang berilmu ataukah pasangan yang pekerja keras.

Sejak awal, sejak jauh-jauh hari sebelum lulus sebagai sarjana, saya sudah mencanangkan akan melanjutkan studi di luar negeri.  Satu hal di benak saya hanyalah Liverpool – England. Mungkin terlalu berlebihan memilih negara itu sebagai destinasi selanjutnya, karena sejatinya saya memilih negara itu hanya gara-gara saya adalah salah satu fans berat klub sepakbola Liverpool FC (I guaranted u know this J). Hahaha.. naif memang. Tapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Saya telah jatuh hati. Disetiap kesempatan saya selalu menuliskan kata ‘liverpool’. Apapun itu saya tetap menulisnya. Orangtua, Kakak, Adik, Om, Tante, bahkan teman-teman kuliah dan pondok sangat paham sekali bila saya sangat ingin sekali pergi kesana. Kata Liverpool tersebar luas di berbagai sudut di kamar saya, tembok, kalender, laptop, buku, hingga lemari. Well, it’s my way,,,

Lambat laun, akhirnya pikiran saya semakin terbuka. Saya sangat sadar sekali akan keterbatasan dan kemampuan. Bahasa inggris saya tak ada perubahan yang cukup signifikan. Ini yang saya sangat sesali.  Empat tahun kuliah seperti tak ada perubahan sama sekali L

Kemudian datanglah negara Jepang menyalami. Saya berkenalan dengan YUI, penyanyi solo perempuan dengan gitar akustik miliknya. Saya langsung jatuh hati kepada Jepang di saat petikan gitar pertama. Alunan musiknya begitu menggambarkan suasana kota Tokyo, suasana nuansa sekolah, masa-masa kuliah, dan masalah percintaan. Saya pun mulai menelusuri negara ini. Aduhai... sungguh elok nian negara ini. Andai aku bisa bersekolah disana. Negara yang cepat, bersih, santun, dan cerdas begitu cocok dengan kepribadian saya. Cocok banget! Sampai pada akhirnya kutambahkan tulisan disebelah kata liverpool dengan kata Jepang J Boleh, bukan?

Tibalah di penghujung tahun 2013. Ada tawaran student exchange ke Jepang. Hati saya berkata, “Cobalah, mungkin ini takdirmu!”. Saya pun memberanikan diri mendaftar dengan berlatar belakang almamater saya. Mendaftar tanpa persiapan matang. Ya! T.A.N.P.A! Lambat laun, proses seleksi berjalan. Hingga pada akhir bulan Januari saya dinobatkan menjadi salah satu kandidat yang berhak berangkat ke Jepang.  Syukur alhamdulillah, saya masuk kedalam seleksi akhir. Seleksi akhir adalah seleksi yang sangat mendebarkan, karena pada seleksi ini semua peserta akan di wawancara oleh professor. Saya pun menyiapkannya hingga matang. Dari mengumpulkan soal-soal yang sering diutarakan, profil Jepang, hingga saya pun diam-diam mentranslate jawaban persiapan saya untuk jaga-jaga bila nanti ditanya dengan menggunakan bahasa inggris, hehe..

Proses seleksi berjalan dan hasilnya pun keluar selang dua hari kemudian. Kalian pernah mendengar istilah “Jangan kalian kira yang baik menurut kalian itu baik menurut Allah, dan sebaliknya.”. Seperti istilah tersebut, mungkin ini yang terbaik dari Allah. Saya belum pantas menginjakkan kaki disana. Pasti ada hal yang lebih baik dari itu. Itulah jawaban hasil seleksi yang saya terima. Saya legowo dan saya bukannya loyo. Malahan tambah semangat, karena saya tahu dimana kelemahan saya J Ganbatte!

Dari pengalaman tersebut, saya mulai gencar mencari beasiswa kesana-kemari, ngemis kesana-kemari. Membuka facebook hanya untuk melihat notifikasi dari grup beasiswa, membuka twitter untuk mencari beasiswa. Setiap ada beasiswa yang menarik, saya bookmark lalu saya pelajari apa saja yang perlu dipersiapkan. Semuanya berbarengan dengan proses pengerjaan skripsi. Semakin saya mencari semakin saya ingin cepat lulus, hahaha..

Well, tepatnya bulan Maret 2014, saya pun mencoba beasiswa S2 ke Korea Selatan dan Turki. Untuk yang Turki, hanya lolos hingga tahap awal, hehe. Maklum, seperti yang Jepang, persiapan saya kurang, terutama bahasa inggris.

Namun, untuk yang Korea Selatan saya sangat bersungguh-sungguh. Dua beasiswa saya ajukan. Beasiswa pertama saya ajukan dan mendapat respon positif. Namun sayang, saat itu saya belum sidang. Well, kesempatan itu hilang begitu saja L Beasiswa yang kedua, saya mencoba melewati jalur professor. Alhamdulillah, juga mendapat tanggapan positif. Namun, saya terkendala dengan ijazah yang tak kunjung keluar. Padahal akhir maret proses seleksi mengharuskan ijazah sudah harus dikirim. Apa lacur, komplain saya kepada pihak universitas meminta ijazah untuk disegerakan seperti bertepuk sebelah tangan. Padahal dengan ijazah itu bisa dipastikan saat ini saya pasti sudah ada di negeri gingseng, karena professor disana siap mensponsori saya L Lagi-lagi, ini pasti rencana terbaik dari Allah. I know it!


Saya sempat putus asa. Tak tahu lagi harus kemana. Saat itu seperti tak ada jalan lain. Karena disaat yang bersamaan pada bulan April semua beasiswa sudah mulai ditutup. Duh!

:::: To Be Continue, yaa!::::
Read More

Dua Tahun Kedepan


"Bagaimana keadaan kita satu atau dua tahun kedepan?
Bisa jadi tetap bisa jadi berbeda.

Kadang kala kita tidak bisa mengiranya
Kadang pula kita tak menyadarinya

Walaupun demikian ini adalah hidup
Hidup yang telah digariskan oleh Sang Ilahi"

- Liveniping

Aku memutuskan untuk berbeda dua tahun kedepan. Prinsipku, tak boleh ada yang bisa memprediksi aku akan seperti apa. Yaahh semacam surprise, yang tiba-tiba orang akan terkejut dengan perubahanku. Terkesan pelit dan sombong memang. Namun, itulah aku. Aku adalah pria penuh kerahasiaan. Kalian pun bisa menjamin rahasia akan tetap terkunci dariku bila kalian ingin. Intinya, aku suka sekali menjaga rahasia. Serasa jiwa ini seperti intelejen negara.

Tahun ini, 2014, sudah kubulatkan tekat untuk mulai memupuk impian dua tahun kedepan. Aku harus ini, aku harus itu, dan kalian tak boleh tahu (tapi beberapa kuberi tahu). Aku yakin aku mampu, dan ku yakin pula kalian akan termangu. Sekali lagi maaf, bila tulisan ini seakan menunjukkan diriku ingin dipuja puji bak selebrita. Tapi bukan itu maksudku. Yang ku maksud adalah, "Aku saja bisa, apalagi kalian".

Itulah motivasiku. Memanas-manasi sampai panas. Sampai orang lain akan mencobanya. Lalu setelah mencobanya akan berkata, "Oh seperti ini rasanya."
Read More

Jumat, 21 Maret 2014

Ma, Besok Aku Puasa Sunnah Ya?


Bagaimana apabila suatu saat nanti kita ditanya oleh anak kita yang masih berumur 11 tahun dengan pertanyaan seperti ini?

“Ma, besok aku puasa ya?”

Pertanyaan ini akan menjadi biasa apabila ditanyakan saat bulan ramadhan tiba. Namun, bagaimanakah apabila pertanyaan ini dilontarkan saat sang anak kecil tersebut berkeinginan untuk melakukan puasa senin-kamis? Nah loh!

Sebagian besar orangtua pasti akan mengatakan ini;
“Loh kenapa, Nak?”
“Gpp Ma, besok kan kamis, nah aku mau puasa sunnah”

Mengerti orangtuanya jarang puasa senin kamis, orangtuanya pun bertanya lagi;
“Disuruh sama siapa? Sekolah, guru, atau teman?”
“Enggak, Ma. Aku mau sendiri.”
“Kasih ijin atau enggak ya?” orangtua mulai mikir.

Awalnya, orangtua pasti akan selalu khawatir bila dimintai izin seperti itu.
“Apakah dia kuat?”
“Sekolahnya kan full dari pagi sampai sore, aku takut bila anakku ada apa-apa.”
“Aku takut anakku sakit.”
dll

Hal ini saya alami sendiri dan bagi saya hal ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Bagimana tidak berharga, baru kali ini saya mengalami dan mendengar sendiri seorang anak kecil yang belum baligh melontarkan kalimat “Aku ingin puasa.” puasa sunnah lagi! Dan saya yakin suatu saat nanti pasti saya akan ditanya seperti demikian oleh anak saya. Bagaimana saya harus menjawabnya? Bagaimana saya harus menjelaskannya? Bagaimana saya harus memberikan keputusan yang bijak? Bagaimana agar saya tidak sampai menyinggung perasaannya? Bagaimana cara saya agar jawaban saya tidak sampai membuatnya kecewa? Sungguh, hal ini berkecamuk dalam pikiran saya manakala anak kecil yang saya temui tersebut bertanya kepada ibunya perihal izin untuk puasa sunnah.

Orangtua yang bijak, adalah orangtua yang mengerti dan memahami keinginan anaknya. Namun, tidak segalanya harus dipenuhi dan dituruti. Mereka pasti mengerti karakter dan kondisi anaknya masing-masing. Jika sudah begitu maka kita (yang masih belum berkeluarga atau belum punya anak) sebagai orangtua harus benar-benar mempersiapkan diri bila menghadapi kondisi tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya anak kita yang masih berumur 6 tahun (MasyaAllah) akan meminta izin dari kita untuk melakukan puasa sunnah.


--------------
*Alhamdulillah, anak tersebut kemarin puasanya full. Dan dia mengatakan dengan bangga klo dia bisa puasa sunnah senin-kamis. Subhanallah!
Read More

Selasa, 18 Maret 2014

Bertualang Dengan Subuh

"Sayang, bangun yuk!"
"Ayuk bangun, solat subuh dulu." sambil kuelus-elus tangan dan kakinya.
"Ayuk sayang, banguun."

Dulu, sering kali kugunakan kata-kata tersebut untuk membangunkan teman-temanku. Terkesan menjijikkan memang, apalagi teman-teman satu asramaku laki-laki semua. Semacam terkesan hombreng, bukan? Tapi, dengan jurus tersebut biasanya teman-temanku langsung respon, melek, ngelirik, kemudian tersenyum simpul. "Ah, dia sudah bangun" begitu simpulku sambil ikut tersenyum.

Kadang pula jurus itu tidak berhasil aku terapkan. Jurus itu hanya kuterapkan kepada teman-teman yang kuanggap dekat dan punya selera humor. Untuk teman-teman yang tidak begitu dekat, biasanya hanya kubangunkan layaknya orang lain membangunkan.

"Fulan, bangun, sudah subuh." kalimat ini yang kugunakan.

Beragam kesan tersendiri dalam membangunkan teman untuk solat subuh. Ada yang langsung bangun (ini yang kusuka), ada yang mulet dulu, ada yang bangun - duduk - tidur lagi, ada yang mengeluh, ada yang marah-marah, ada yang pura-pura nggak denger, ada yang semakin dibangunkan semakin kuat menahan selimut, dan ada pula yang ketika sudah bangun kemudian melihatku pergi langsung tidur lagi. Bagiku hal-hal tersebut merupakan hal yang biasa. Karena sebagian besar hidupku kuhabiskan tinggal di asrama.

Solat subuh merupakan kewajiban bagi seluruh pemeluk agama islam. Tanpa terkecuali bagi yang sudah memenuhi syarat wajib sholat seperti, islam, baligh, berakal, suci, dll. Bahkan, orang yang sakitpun tidak ada toleransi untuk tidak solat. Nah, loh! penting banget, bukan?

Oke, balik lagi ke asrama. Meski mayoritas yang tinggal di asrama adalah lulusan pesantren, nyatanya tak semata-mata semua penghuninya menghayati hakikat solat subuh. Kadang aku heran sendiri, 

"Ini solatnya kok pas udah terang?" 
"Ini kok malas ke masjid?"
"Ini kok lebih suka solat di asrama daripada di masjid?"
"Ini kok bangunnya siang terus?"
"Ini kok biasa-biasa aja solat kesiangan?"
"Ini kok.. kok... kukuruyuuuukkkk!!"

Inilah realita anak muda jaman sekarang. Sering seenaknya mempermainkan waktu solat. Bila sudah telat, selalu mempunyai alasan untuk mengelak. Yaaahh,,, apa mau dikata, umat harus sabar menghadapi cobaan seperti ini. #piuh!

Bagaimana harus kujelaskan kepada mereka? Seingatku, aku pernah mengatakan pada mereka ketika kajian tentang masalah solat subuh. Tapi kata-kataku bagaikan ditelan ombak, hanya berefek sebentar.

Inginku, mereka memiliki kesadaran diri sendiri. Sadar hakikat dua rakaat sebelum solat subuh, berjamaah di masjid, berdo'a diantara adzan dan iqomah, berdo'a setelah solat, berdiam diri di masjid hingga syuruq.

Aku memang tak sempurna, kadang sebulan ada 1-2 kali yang telat bangun sehingga harus merelakan tidak berjamaah di masjid. Namun, aku memiliki kemauan kuat untuk bisa solat subuh berjamaah. Ada kesan tersendiri bagiku ketika akan ke masjid. Bisa melihat ribuan bintang bersinar, rembulan yang merekah, dinginnya waktu subuh, menghirup udara segar. Melihat anak kecil yang masih mengantuk digendong ayahnya ke masjid, sebagian penjual dari pasar yang ingin berjamaah, dan kadang bertemu bidadari cantik yang juga ingin bertamu di rumah Allah (hehe, yang ini bonus). Inilah kebahagiaan yang Allah bagi untukku (dan juga orang lain mungkin).

Maka dari itu, setiap kali akan tidur, tak lupa aku selipkan niat dalam doaku. Niat untuk dapat ke masjid. Alhamdulillah, sejauh ini Allah selalu mendengar niat tersebut. Maka aku tak heran, semalam apapun aku tidur inshaaAllah subuhnya pasti bangun dan berjamaah di masjid. Karena apa? karena niat! Niat baik selalu diijabah oleh Allah.

Pesan: Untuk teman-temanku. 
- Bila masih susah berjamaah di masjid, usahakan jangan tidur terlalu malam. Maks jam 10 untuk mahasiswa. Jangan melakukan kegiatan yang tak berguna (seperti main game, chattingan, dll). Bila semua tugas telah selesai usahakan langsung tidur.
- Bila memang harus tidur malam, usahakan sebelum tidur wudhu dan niat, kemudian tips dariku minum air 1-2 gelas. Insya Allah pasti bangun. Garansi 100%!!
- Bagi yang masih muda: Mumpung masih muda, belajarlah istiqomah.
- Bagi yang sudh berumur: Hayoo!! ntar lagi ajal menjemput! :D

Read More

Minggu, 16 Maret 2014

Menabung Uang Menabung Amal

Entah sejak kapan aku keranjingan menabung. Bila diruntut kebelakang sepertinya sudah sejak lama. Namun, yang pasti ku ingat adalah saat aku duduk di bangku menengah atas. Ya, saat itu aku menabung karena keadaan yang mengharuskan.

Saat itu ingat sekali bahwa kondisi ekonomi orangtua yang belum stabil sejak awal kakak pertamaku masuk ke bangku menengah pertama dan dilanjutkan tahun berikutnya aku yang harus gantian masuk. Perbedaan aku dan kakakku hanya setahun. Inilah yang menjadi awal mula permasalahan ekonomi keluarga kami. Terutama saat masuk ke bangku menengah pertama, orangtua kami harus merogoh kocek yang cukup dalam agar kami berdua bisa meneruskan pendidikan di sebuah pesantren moderen di Jawa Barat.

Awal mula di bangku SMP aku tak biasa dengan bahkan tak kenal yang namanya menabung. Bagaimana mau menabung bila sebulan cuma diberi uang saku 100 ribu? Bahkan tahun-tahun awal hanya mentok di angka 50 ribu. #ngenes.. Tapi tak apa, diumur segitu aku sudah paham dengan kondisi mereka. Aku tak ingin lagi memberatkan mereka. Pikirku masih beruntung dikasih uang saku daripada tidak sama sekali. Akhirnya selama tiga tahun awal aku hanya menjadi pribadi yang hemat, bukan pribadi penabung :)

Keadaan sedikit berubah saat aku menginjak bangku menengah atas. Saat itu aku sedikit-sedikit sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Berawal mendaftar menjadi pengasuh santri madrasah ibtidaiyah, tanpa sengaja aku didapuk oleh salah seorang wali santri untuk menjadi guru privat anaknya. Inilah pengalaman pertamaku memiliki profesi sekaligus pengalaman pertama berprofesi tanpa dibayar dengan uang. Meskipun begitu, aku sering diberi makanan oleh wali santri tersebut dan hal ini sedikit bisa mengurangi pengeluaranku untuk jajan di kantin.

Disamping itu, aku juga melihat peluang untuk berjualan. Aku menjual jajanan-jajanan, seperti roti isi, cocolatos, coklat, dll,  yang ku stok secara diam-diam dari luar pesantren. Ya, kulakukan diam-diam karena memang hal ini dilarang keras oleh pihak pesantren. Namun kupikir bila tidak ketahuan maka tidak mengapa. Ya nggak? :) Dari sini aku berhasil menabung secara rutin! Ya disinilah awal mula aku benar-benar memulai hidup dengan menabung. 

Senang sekaligus bangga apalagi disaat-saat akhir aku berhasil mengumpulkan uang hingga 7 digit. Sebagian ku berikan kepada orangtuaku, sebagian lagi kugunakan untuk jalan-jalan di Jakarta setelah lulus. Senangnya bukan main! :)

Tak berhenti sampai situ saja. Kebiasaan baik ini masih terus berlanjut hingga saat ini, saat aku kuliah. Sama seperti awal-awal masuk jenjang SMP, awal masuk kuliah (2009) aku hanya diberi uang saku sebesar 150 ribu sebulan. Ya kondisi orangtuaku lagi-lagi masih belum mumpuni, karena bertepatan aku kuliah, adikku yang paling bungsu harus mendaftar ke pesantren. Bisa dibayangkan hidup dengan uang 150 ribu dalam sebulan? Saat itu nasi campur dengan kuantitas seadanya harus ditebus sebesar 3 ribu seporsi. Otomatis jurus berhemat harus kembali diperagakan. 

Aku menganggarkan uang 4 rb tiap harinya. Dan bila ada teman yang pergi mengajakku sarapan pagi, aku selalu menjawabnya dengan "Nanti aku susul". Aku benar-benar menyusul mereka, tapi bukan ke kantin, tapi langsung menyusul mereka ke kelas. Alasan ini terus kulakukan, karena ku tahu hanya bisa makan saat malam saja. Bila pagi dan siang makan, maka jatah 1-2 hari kedepan benar-benar hilang.

Namun, bukan berarti saat itu aku tidak bisa menabung. Dengan kondisi seperti itu aku masih bisa menabung. setidaknya 50 ribu - 20 tiap bulannya. Uang tabungan tersebut kugunakan untuk ongkos pulang dan membeli oleh-oleh untuk dibawa kerumah orangtua.

Sejak semester 3 hingga semester akhir, berkat bantuan Allah, akhirnya aku mendapat pekerjaan. Otomatis aku memiliki penghasilan. Berkat itu pula pundi-pundi tabunganku terus bertambah. Kadang kubelikan untuk keperluan-keperluan yang mendesak. 

Oh ya, sejak saat itu alhamdulillah pula aku bisa rutin untuk sedekah. Dulunya seribu aja udah was-was, sekarang 6 digit tidak masalah bagiku. Alhamdulilah, ini juga berkat menabung :). Pun bisa ngasih adik, saudara, nenek, bude, terutama orangtua merupakan kebahagiaan yang tak terkira. Aku pun kadang berpikir, mungkin inilah jalan yang Allah berikan untukku. Selalu susah diawal, kemudian memaksaku untuk berusaha mencari cara mengatasinya, dan akhirnya bisa keluar dari hambatan tersebut. Inilah takdirku.

Dan targetku yang sekarang adalah berkurban. Sejak dua tahun belakangan aku sangat ingin berkurban, bukan hanya menjadi tukang bantu-bantu saat berkurban. Hasrat ini akhirnya semakin bulat saat perayaan kurban tahun kemarin. Aku memutuskan untuk ikut berkurban tahun berikutnya (tahun ini). Aku ingin ikut program patungan sapi. Alhamdulillah, niat baikku ini didengar oleh kakak dan ibuku. Mereka berdua juga sepakat untuk kurban patungan sapi tahun depan. Sempat kubuka celenganku, kuhitung uang yang ada didalamnya. Alhamdulillah, setelah setengah tahun menabung sepertinya sudah cukup untuk kurban. Alhamdulillaaah.. senangnya bukan main! Mungkin inilah kekuatan sebuah niat. Niat baik selalu direstui sama Allah.

Bagiku menabung adalah bagian dari proses kehidupan. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepan. Untuk itu diperlukan persiapan, sehingga apabila dibutuhkan mudah-mudahan akan membantu sedikit bahkan keseluruhan. Hidup menabung!
Read More

Jumat, 14 Maret 2014

Kamar Impian

Dari dulu saya sangat ingin sendiri punya kamar sendiri. Bukan tanpa alasan, hal ini karena saya sangat suka mendekorasi kamar sendiri, menata kamar sendiri, ah pokoknya senang bila kamar tampak indah dan nyaman.

Dulu pernah punya kamar sendiri, lebih tepatnya waktu sd. Kamar berukuran 2x2 tersebut berada di lantai 2. Tak bagus, namun saya suka. Saya tempel sana-sini bila mendapatkan hadiah stiker dari bungkus chiki.

Sejak smp keinginan memiliki kamar sendiri belum pernah terwujud hingga kuliah. Saya harus tinggal di asrama. Mau tidak mau, tinggal di asrama harus rela bagi-bagi. Dulu smp-sma satu kamar berisi 10 orang. Sekarang, waktu kuliah, saya harus sekamar berdua, dan ini yang membuat berbeda.

Seumur saya kuliah, tidak pernah ada satupun room mate yang benar-benar bertahan dengan sikap saya. Room mate pertama, saya masih ingat, hanya bertahan 3 bulan saja. Mungkin, yang saya pahami, dia lebih memilih menghormati saya sebagai room mate. Saya bukan tipe perokok, sedan ia kebalikannya. Ya, cukup bijak!

Room mate kedua, seorang musisi. Awalnya saya sangat senang sekali bisa sekamar dengannya. Bisa belajar gitar, keyboard, nyanyi bareng, rekaman bareng, buat lagu baru bareng. Ah, indah pokoknya! Namun, lagi-lagi saya akhirnya harus terpisah kembali dengan room mate terbaik yang pernah saya dapat. Saat itu ada permasalah diantara kita berdua, dan akhirnya kita berpisah baik-baik. Sambil nangis-nangis malah T.T. Cukup menyesal kehilangannya, karena permasalahan ini (mungkin), ia memutuskan untuk pindah ke kos-kosan ketimbang meneruskan di asrama. Intinya saya menyesal dan merasa berdosa karenanya.

Room mates ketiga, sekamar diisi tiga orang. Yang satu mantan sobat saya dan satunya lagi senior tepat satu tahun diatas saya. Saat itu kamar saya mendapat julukan 'kamar skripsi' karena semuanya sedang dalam proses pengerjaan skripsi. Saat itu kami mendapatkan kamar yang cukup besar, mungkin sekitar 5x4. Mungkin gara-gara itu kamar tersebut mendapatkan ranjang berukuran ekstra large *tapi tingkat :(*.

Karena tingkat, maka ada salah satu dari kita yang harus mengalah untuk berbagi kasur. Jadi kasur bawah ditiduri dua orang, dan sisanya diatas. Saat itu saya dan senior yang berbagi. Awalnya tidak mengapa, tapi lama kelamaan, saya yang jadi malas untuk berbagi. Bukan tanpa alasan saya mengatakan demikian. Karena saya adalah orang melankolis yang menginginkan semuanya tampak sempurna, termasuk urusan kasur. Saya risih bila harus terus menerus yang membereskan kasur tersebut. Tak ada rasa kasihan sedikit pun sepertinya dari pihak senior. Piuh, melihatnya tinggal langsung tidur di kasur yang rapih itu rasanya bikin ati tak menentu, kesal hati iya. Dari hal ini saya sedikit memberi respect ke dia. Hanya ucap say hello, tak lebih.

Sedang room mate yang satunya, awalnya saya senang ketika ia pindah dari kos-kosan menuju asrama. Saya sediakan semua kebutuhannya ketika pindah. Saya rapihkan kamar saat menyambutnya agar ia nyaman dan betah saat tiba. Satu dua bulan terlewati dan mulai muncul kebiasaan buruk manusia. Saya merasa menjadi babu dikamar sendiri. Saya yang awalnya sendirian di kamar tersebut, akhirnya harus rela menjadi pelayan bagi mereka berdua. Bingung  dan marah saat itu hanya saya ungkapakan dengan cara tidak berbicara kecuali hanya sekedar menyapa. Dalam hati sebenarnya saya berontak, namun saya khawatir apabila hal tersebut diluapkan saya malah menjadi bianatang buas yang tidak terkontrol. Saya sangat sadar sekali dengan emosi saya. Maka cukup dengan diam, itu tanda tak setuju dan tanda ketidaknyamanan saya.

Well, akhirnya dua orang tersebut pergi dari asrama karena telah menyelesaikan skripsi mereka, sedang saya belum, hehe. Dalam hati yang terdalam jujur saya senang :) karena inilah pilihan terbaik dari yang terbaik.

Dan sekarang adalah room mate ke empat. Yang ini adalah room mate terakhir. Umurnya lebih muda dari saya. Saya skripsi, dia baru masuk kuliah. Sebelum ia datang, saya sudah diwanti-wanti sama pamannya yang saat itu pernah datang untuk menengok isi asrama. Saya diwanti-wanti agar nanti mau untuk tinggal dengan room mate ini. Saat itu saya hanya iya saja, tanpa ada keraguan sedikit pun. Kemudian saya ditelpon oleh pengasuh asrama, bahwa saya akan sekamar dengan anak baru tersebut. Saya ditanyai apakah mau pindah posisi ranjang. Sebelum ia datang saya memilih ranjang bawah. Mengalah adalah pilihan yang cukup bijak, mengingat saat itu saya menginginkan room mate ini akan mengakhiri kutukan saya selama ini. Kutukan tidak pernah akur dengan rekan sekamar.

Akhirnya waktu itu pun tiba. Ia datang beserta ayah dan ibunya. Tak banyak bicara pada saat ia datang pertama kali, karena memang waktu itu sudah larut malam. Saya pun hanya basa-basi dan segera menuju ranjang atas.

Sopan, itu yang awalnya saya tangkap. Karena setiap kali ia baru datang kuliah selalu mengucap salam ketika akan masuk kamar. Membungkuk ketika lewat dihadapan saya. Pokoknya saya taruh respect ke dia. Lambat laun, ia tetap seperti itu, sopan. Namun, saya yang melankolis akhirnya menangkap hal-hal yang negatif darinya. Mulai dari malas membersihkan kamar, merapihkan kasur, membereskan meja belajar, malas ke masjid, hingga bermalas-malasan tidak mengikuti kajian. Bak room mate ketiga, saya akhirnya memiliki pekerjaan kembali. Membereskan kamar, termasuk barang-barangnya. Sungguh keterlaluan! dan anehnya ia tak sadar bila barangnya telah rapih dan mengulang lagi kebiasaan buruknya.

Ah, sudahlah. Cukup sudah aku bertahan. Sungguh, saat ini aku muak bila melihatnya, terutama bila adzan tiba. Tak ada terbersit pun untuk segera menuju panggilanNya. Biarkan aku yang membereskan kamar sedang ia asik-asikan berada di kamar sebelah. Saat ini aku diamkan dia seorang, harapannya agar ia tersadar. Mengapa tak langsung saya katakan padanya? Saya bukan tipe seperti itu dan saya paham sekali karakter emosi saya yang pasti akan meledak. Karena bagi saya hal-hal tersebut, yang telah saya sebutkan diatas, adalah sangat sensitif.

Well, pada akhirnya saya masih menginginkan kamar sendiri. Tak ingin kembali bila harus berperang dengan batin. Bila pun nanti sudah berkeluarga, saya tetap ingin punya ruangan sendiri untuk saya kerja dan menyendiri. Ya, itu impian saya.
Read More

Senin, 24 Februari 2014

Merasa Orang Paling ..... di Dunia!


Terkadang saya menertawakan diri saya sendiri. Sering kali saya merasa orang yang paling tahu segalanya, paling tahu apapun yang ada di dunia, hanya gara-gara saya adalah orang perkotaan. Baru bisa komputer hanya sekilas bisa 2NG1M, (Ngenet, Ngetik, Mbaca) sok merasa orang yang paling canggih di dunia ini. 

Cuma tahu Beasiswa banyak bertebaran di dunia ini, namun tidak pernah sekalipun dapat, #tragis, dan itu merasa orang yang paling tahu segalanya di bumi ini. Baru punya hape merk samsul, merasa orang yang paling berselera tinggi. Baru punya sepeda motor, merasa orang yang paling beken di dunia ini. Omaigat.. Omaigat..

Terakhir, dan yang baru saja terjadi adalah merasa orang yang paling kaya di dunia ini, hanya gara2 pernah beberapa kali singgah di Hotel.. Omaigat.. Omaigat..

Kejadiannya kemarin, disaat saya singgah di Hotel bersama salah seorang keluarga saya yang kebetulan datang di tempat perantauan saya. Dengan gaya lenggak-lenggok bak orang papan atas di negeri ini saya langsung menuju kamar yang dituju, 305.

Anehnya, kok bisa ya tiba-tiba dalam diri ini sering kali muncul perasaan taajub atau membagakan diri sendiri. Padahal nih loh ya.. padahal, yang bayar hotel itu bukan saya, tapi kok ketika berjalan di depan pintu hall utama hotel itu kok ada perasaan harus menjadi orang yang harus dihormati. ck ck ck.. Setan itu, setan!

Tibalah saya di kamar 305 tersebut. Setelah cakap-cakap beberapa menit dan makan siang (padahal udah sore), saya minta izin mau shalat ashar dulu. Saat masuk di kamar mandi tersebut, saya dibuat kalang kabut oleh KRAN kamar mandi. Saya yang merasa orang yang paling tahu di dunia ini mulai memutar-mutar itu kran. Tapi anehnya airnya kok ga' keluar2.. -__-" | Semua daya upaya saya kerahkan hingga bercucuran keringat dan hasilnya..... sama saja, airnya ga' mau keluar -__-".

Well, akhirnya saya harus mengakui om saya yang mengajarkan saya cara membuka kran yang benar. Dan tentu saja airnya keluar.. Oh noooo.. ada perasaan malu dan berdosa. Saya yang 'merasa' orang perkotaan ternyata belum ada apa-apanya, dan itu hanya dibuktikan dengan kran saja. Bener2 dah, ngerasa harus banyak instrokpeksi diri. Tak pantas membanggakan diri sendiri, meski itu hanya ada di dalam hati dan tak ada orang lain yang tahu atau menyadarinya.

Pelajaran: Sering kali ketika kita melakukan sesuatu secara tak sadar ternyata kita telah melakukan sifat ujub. Maksudnya ada perkataan halus di dalam hati yang membisikkan "Ini lho saya!". Bener lho! ga' bakalan sadar kecuali orang yang sadar dan peka. Ayo.. ayo.. kita harus instrokpeksi diri, barangkali ketika kalian membaca ini secara tak sadar kalian sedang diuji juga dengan sifat ta'ajub ; "Dih, orang ini ternyata katrok"; "Alaaahh,, orang ini ternyata tak lebih baik dari saya"; "Ahh, tulisan ini ga' guna".

Well, saya ingin mengutip sebuah hadits yang mengatakan seperti ini:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian (HR Muslim)"
Read More

Kamis, 20 Februari 2014

Sorry, I can't Join Cause I've Some Reasons

Source: http://www.parkwoodtravel.ca/

Keputusan saya sudah bulat untuk tidak ikut rihlah #pesmafirdaus weekend ini!

Mengapa? Mungkin tidak banyak yang bertanya-tanya, namun saya ingin menjelaskan sedikit disini. Maksudnya,, daripada blog saya nganggur, mending diisi, meski seaakan tak manfaat, hehe :) gpp lah.. itung-itung latihan nulis daripada nggak nulis sama sekali.

Jadi gini, #pesmafirdaus berencana melakukan rihlah akhir pekan ini menuju kota yang berada disebelah utara (agak ke timur sedikit) propinsi jawa timur atau lebih tepatnya ke kota Situbondo. What will we doing there? Mungkin hal ini tak perlu dijelaskan, tau sendiri lah kalo pondok rihlah itu kemana dan ngapain.. he.

Yang ingin saya tulis disini adalah alasan saya tidak ikut rihlah. Maaf, bila ada rekan atau pejabat pesma yang kebetulan membaca tulisan ini. Saya harap tidak tersinggung dan tetap menghormati saya selaku pelaku pembangkangan ini.. (Ah, tulisannya sok mistis nih!).

Pertama, saya katakan saya tak punya uang. What? tak punya uang? Iya! mang napa? masalah buat lohhh?? hehe. Jadi gini, setelah saya hitung matang-matang, ternyata cashflow keuangan saya dua bulan ini super minus! Bulan kemarin saya harus kehilangan 1,2jt (cukup besar bagi ukuran mahasiswa) dan harus menjebol tabungan T.T. Kemudian, bulan ini yang belum genap 28 hari, uang pemasukan saya hanya tersisa tidak sampai 30rb. Mengharukan.. padahal biasanya saya  setiap bulannya bisa menabung hingga min 500rb. Tapi 2 bulan ini benar2 pengecualian. hiks

Benar2 tidak bisa ditolerir lagi. Saya wajib menekan arus pengeluaran saya. Karena masih banyak yang harus saya tunaikan seperti, tunggakan uang pesma bulan ini masih ngutang sebesar 275rb, kemudian biaya pendidikan saya yang masih kurang sekitar 300rb-an, biaya wisuda 500rb, dll.. wah. wah..

Bila saya paksakan untuk ikut rihlah, maka tabungan saya bisa benar2 jebol. Saya itu orang yang sangat protect dengan yang namanya tabungan. Hanya akan saya jebol jika dibutuhkan mendesak seperti bulan kemarin :(

Kedua, setelah saya baca rundown kegiatan rihlah yang 'hanya' satu hari itu ternyata kegiatan tersebut sama sekali tidak menarik minat saya. Bukan berarti saya menolak untuk ikut rekreasi atau rihlah, tapi ini lebih ditekankan dengan kondisi jadwal ujian saya yang masih menggantung. Hingga saat ini, saya masih belum tahu kapan jadwal sidang saya akan berlangsung. Siapa tahu senin pekan depan? Kalau sampai itu terjadi, maka saya akan benar2 didera kelelahan saat menghadapi ujian tsb. Mengapa? Karena menurut rundown kegiatan yang telah diumumkan, kita baru akan tiba di kota Apel pukul 12.00 malam, alias senin dinihari. Dari situ saya langsung bulat, 'Sorry, I can't join cause I've some reasons'

Well, itulah dua alasan saya mengapa saya putuskan untuk tidak ikut rihlah. Berat? 50-50 lahh, tapi gpp, saya ikhlas kok :) Karena sudah saya pikirkan matang-matang untung-ruginya. Tidak apa2 apabila saya tidak punya pengalaman pergi bersama-sama dengan kalian, karena setiap keputusan mengandung resiko yang harus dirasakan oleh pemiliknya.
Read More

Rabu, 19 Februari 2014

Pengantar Koran dan Anaknya

Source: http://soulgrit.wordpress.com/2010/06/11/father-love/

Pagi tadi saat saya sedang menunggu seorang anak untuk mengantarkannya ke sekolah, saya melihat ada sepeda motor melintas disebelah saya. Saya perhatikan dengan seksama. Sepeda motor itu sepertinya ditumpangi oleh bapak dan anak. Hal itu tak lain karena anak yang diboncengnya menggunakan seragam salah satu sekolah disini. Sepintas memang tidak aneh bila melihat kejadian itu, seorang anak diantar bapaknya. Namun, disini ada satu hal yang membuat saya tertegun dan kagum.

Sepeda motor itu berhenti di seberang saya. Kemudian bapak itu mulai mengambil selembar koran dari setumpuk koran yang ia bawa. Saat bapak tersebut telah selesai melepaskan koran yang dimaksud dari ikatan koran yang lain, anaknya yang menggunakan rok merah turun dari sepeda motornya. Kemudian meraih selembar koran dari tangan bapaknya dan mulai berjalan perlahan menuju rumah di seberang saya. Ia meletakkannya tepat di depan pintu masuk rumah tersebut. Sejurus kemudian ia kembali menaiki sepeda motor lalu meninggalkan saya yang masih terpaku akan kejadian tersebut. 

Dalam hati saya, "Hebat anak itu! Ia tak malu untuk membantu orangtuanya bekerja saat ia sendiri akan berangkat sekolah" "Respect!"

Melihat kejadian seperti itu saya membayangkan nantinya ingin memiliki anak yang patuh dan berbakti pada orangtuanya. Anak yang cerdas. Anak yang mampu mengambil keputusan dengan cepat. Anak yang tak malu dengan kondisi keluarganya. 

Ah! Saya ingin memilik anak seperti itu!
Read More